INDOZONE.ID - Langkah mengejutkan Presiden Yoon Suk Yeol untuk memberlakukan darurat militer pada Selasa (3 Desember) malam menggemparkan negara Korea Selatan.
Kebijakan tersebut menuai protes besar-besaran, baik dari masyarakat maupun parlemen, hingga akhirnya Yoon mencabut deklarasi tersebut hanya dalam waktu beberapa jam.
Keputusan ini menciptakan krisis politik dan memunculkan pertanyaan besar tentang masa depan kepemimpinannya.
Baca Juga: Permintaan Maaf Presiden Korea Selatan Yon Suk-yeol Terhadap Peristiwa Halloween Itaewon
Deklarasi darurat militer oleh Presiden Yoon adalah yang pertama dalam lebih dari 40 tahun. Dalam pidatonya, ia menyebut ancaman Korea Utara dan elemen "anti-negara" sebagai alasan utama kebijakan tersebut. Namun, tindakan itu segera mendapat penolakan keras dari berbagai pihak.
Partai oposisi utama menuduh Yoon menggunakan dalih keamanan nasional untuk memperkuat kekuasaannya, sementara serikat buruh menyerukan aksi mogok nasional hingga Yoon mengundurkan diri.
Bahkan, beberapa anggota parlemen nekat menerobos penjagaan keamanan demi melaksanakan pemungutan suara untuk menolak darurat militer ini.
Baca Juga: Presiden Korea Selatan akan Menghadiri Pemakaman Ratu Elizabeth II
Kebijakan darurat militer Yoon juga mengejutkan dunia internasional. Amerika Serikat, sekutu utama Korea Selatan, menyatakan kekhawatirannya atas langkah tersebut.
Washington merasa lega setelah Yoon membatalkan keputusan itu dan menghormati hasil pemungutan suara parlemen.
China, sebagai tetangga dekat dan sekutu Korea Utara, mengeluarkan peringatan kepada warganya di Korea Selatan untuk tetap berhati-hati. Inggris dan negara-negara lain juga mengamati situasi dengan cermat.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Channelnewsasia.com