Ilustrasi keluarga Korea Selatan
INDOZONE.ID - Korea Selatan merupakan negara yang mempunyai tingkat ekonomi dan modernisasi yang tinggi tiap tahunnya.
Negara Ginseng ini juga menjadi salah satu negara dengan kemajuan teknologi terbesar di dunia. Akan tetapi, kini Korea Selatan terancam dengan krisis kesuburan.
Angka kelahiran di Korea Selatan telah anjlok ke tingkat yang rendah. Apabila ‘tren’ ini tetap berlanjut, maka populasi Korea Selatan akan hilang hingga sepertiga jumlah populasi pada saat ini di akhir abad.
Akan tetapi, awal permasalahan ini mempunyai faktor yang kompleks. Tidak hanya melibatkan tekanan sosio-ekonomi, namun juga ketegangan antara jenis kelamin yang sudah mengakar sejak lama.
Oleh sebabnya, ini tiga alasan dibalik kenapa Korea Selatan dapat menjadi negara pertama yang “hilang”
Angka kelahiran yang menurun secara drastis ini bermula pada tahun 1960 an pada saat pemerintah Korea Selatan membuat program keluarga berencana, sebagai upaya mengatasi kekhawatiran angka kesuburan yang tinggi.
Pada saat angka kesuburan tersebut mencapai replacement level, kesuburan tersebut malah mengalami penurunan drastis.
Populasi Korea Selatan menyusut cepat dari 52 juta menjadi 17 juta pada akhir abad ini. Beberapa juga menduga negara Ginseng akan kehilangan 70% populasinya.
Apabila terjadi, maka Korea Selatan mampu mengalami gangguan stabilitas ekonomi dan tantangan sosial.
Namun, walaupun berbagai upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah Korea Selatan untuk kembali meningkatkan angka tersebut.
Seperti contoh merekrut pekerja asing untuk mengasuh anak dan mengusulkan bebas wajib militer untuk laki-laki yang sudah lebih dari 30 tahun atau mempunyai tiga anak. Tetapi, kebijakan ini mendapatkan dampak kecil.
Banyak perempuan Korea Selatan, terutama di area perkotaan, memprioritaskan karier ketimbang keluarga.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Businesstoday.in, Economictimes.indiatimes.com