Kategori Berita
Media Network
Kamis, 05 SEPTEMBER 2024 • 16:25 WIB

Indahnya Toleransi Agama dan Sikap untuk Selalu Menghindari Konflik Antar Umat

Imam Besar Masjid Istiqlal Nasaruddin Umar (kiri) mencium Pemimpin Takhta Suci Vatikan Paus Fransiskus bentuk toleransi umat beragama. (ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto/aww)

INDOZONE.ID - Kedatangan Paus Fransiskus ke Indonesia dan akan menggelar Misa di Gelora Bung Karno, Jakarta pada Kamis (5/8/2024) disambut meriah oleh masyarakat Indonesia. Kendati dikenal sebagai negara dengan mayoritas Muslim terbesar di dunia, pemerintah mempersiapkan segala seuatunya untuk pemimpin umat Katolik secara global tersebut, termasuk toleransi.

Beberapa langkah telah ditunjukkan untuk nyamannya Paus Fransiskus di Indonesia. Sebut saja imbauan Menag untuk mengganti azan di televisi dengan running text saat Misa digelar sebagai salah satu contoh kecil toleransi antara agama.

Apalagi Paus juga mengadakan pertemuan antar tokoh beragama di Masjid Istiqlal yang bersebelahan dengan Katedral dengan melewati jembatan toleransi yang dibangun di bawah tanah serta menandatangani Deklarasi Bersama Istiqlal 2024: “Meneguhkan Kerukunan Umat Beragama untuk Kemanusiaan”.

“Sejatinya, nilai-nilai agama harus diarahkan untuk meningkatkan budaya hormat, martabat, bela rasa, rekonsiliasi, dan solidaritas persaudaraan untuk mengatasi dehumanisasi dan kerusakan lingkungan,” kata deklarasi tersebut, seperti yang dikutip dari ANTARA.

Baca Juga: Prabowo-Gibran Dapat Dukungan dari Warga Keturunan Tionghoa di Solo, Terkesan dengan Toleransi Beragama

Toleransi itu Indah

Beberapa hal yang terlihat dari kunjungan Paus di Indonesia dan penerimaan tokoh agama lain menjadi kisah manis toleransi di kehidupan nyata. Hal itu juga yang harus dipertahankan dalam kehidupan bermasyarakat di Indonesia.

Indonesia adalah negara dengan keragaman etnis, sosial, agama, budaya, dan adat istiadat. Dalam aspek agama, Indonesia merupakan rumah bagi berbagai agama besar di dunia, seperti Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, dan Kong Hu Chu. Selain itu, banyak juga aliran dan kepercayaan lokal yang tumbuh dan berkembang di sini.

Pemimpin Takhta Suci Vatikan Paus Fransiskus (tengah depan) berfoto bersama dengan Imam Besar Masjid Istiqlal Nasaruddin Umar dan tamu undangan lainnya. (ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto/aww.)

Namun, Indonesia bukanlah negara yang berbasis agama, karena tidak ada agama negara yang diakui secara resmi. Indonesia menjamin kebebasan beragama bagi seluruh warganya, seperti yang tertuang dalam UUD 1945 Pasal 28E ayat 1.

Menurut rohaniwan Hindu I Wayan Sujana, S.Fil, tujuan toleransi beragama adalah meningkatkan iman dan ketakwaan masing-masing penganut agama dengan kenyataan ada agama lain.

"Dengan demikian, kita sebagai umat yang menganut ajaran agama, semakin menghayati dan memperdalam ajaran agama dan berusaha untuk mengamalkannya, mencegah terjadinya perpecahan antara umat beragama akibat perpedaan," katanya seperti ynag dikutip dari situs Kementerian Agama.

Baca Juga: Bentuk Toleransi, MUI, Muhammadiyah dan NU Sepakat Adzan Maghrib TV Diganti Running Text saat Misa Akbar

"Dengan terciptanya toleransi beragama, kita dapat saling melengkapi antara yang satu dengan yang lain dan menyatukan perbedaan. Jangan karena berbeda keyakinan dijadikan suatu permusuhan," tambahnya.

Toleransi diatur dalam Konstitusi

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi

Sumber: ANTARA, Analisa Redaksi

BERITA TERKAIT
BERITA TERBARU

Indahnya Toleransi Agama dan Sikap untuk Selalu Menghindari Konflik Antar Umat

Link berhasil disalin!