INDOZONE.ID - Perkembangan terkini, makin banyak gerakan moral dari guru besar dan civitas akademika lintas kampus di Indonesia yang mengkritisi situasi pemerintahan dianggap tidak demokratis dan beretika.
Ditambah, pernyataan dari Koordinator Stafsus Presiden Saudara Ari Dwipayana yang menyatakan bahwa gerakan Guru Besar dan civitas akademika tersebut adalah orkestrasi kepentingan elektoral.
Menanggapi hal tersebut, Koordinator Koalisi Pegiat HAM Yogyakarta yakni Tri Wahyu mengecam keras pernyataan Ari Dwipayana itu, yang sebelumnya aktif disalah satu NGO Yogyakarta.
Baca Juga: Cawapres Muhaimin Iskandar Tegas Sebut Erick Thohir Sebar Hoax Soal AMIN Bakal Hapus BUMN
Tri menyebut, Ari Dwipayana keblinger jika akademika kampus sebagai orkestrasi kepentingan elektoral.
"Saudara Ari Dwipayana yang mestinya membawa nilai-nilai keilmuan dan idealisme malah terjerembab dalam fenomena akut Asal Bapak Nepotisme. Beberapa waktu terakhir. jelas menyajikan fakta bagaimana berpihaknya seorang kepala negara (ada acungan 2 jari dari mobil kepresiden dan Jokowi sebut itu menyenangkan). Ditambah, beberapa menteri yang partisan untuk pemenangan dinasti nepotisme termasuk yang dilakukan saudara Luhut Binsar Panjaitan malah terang-terangan menyatakan partisan ke paslon dinasti nepotisme Jokowi," ucap Tri Wahyu, usai menyerahkan berkas pelaporan di Kantor Pos Besar Yogyakarta, Selasa (6/2/2024) pagi.
Lanjut Tri Wahyu menuturkan, dirinya mengecam keras intimidasi yang dilakukan aparat kepada petinggi kampus yang kritis terhadap rezim Jokowi.
"Kami ada laporan ada kampus yang diintimidasi akrena mengkritik rezim Jokowi. Tentu ini menunjukkan problem serius terkait netralitas aparat dalam Pemilu 2024 sekaligus fenomena 'Nabok Nyilih Tangan' dengan Pinjam Tangan Aparat” yang jelas-jelas melanggar konstitusi dan merusak amanat reformasi 1998," pungkasnya.
Dengan demikian, mereka mengirimkan kaca pembesar yang dikirimkan lewat kantor pos setempat, menurut Tri Wahyu, kaca pembesar ini berfungsi untuk memperjelas penglihatan pejabat istana atas makin brutal dan busuknya kongkalikong di istana untuk kepentingan elektoral/pemenangan dinasti nepotisme Jokowi.
"Dengan ini kami telah mengirim kaca pembesar untuk pejabat istana (Presiden Jokowi dan Ari Dwipayana). Kaca pembesar ini kami beri nama Bangkotan (akronim dari Bapak Konflik Kepentingan), nah kalau untuk Mensesneg Pratikno kami beri nama Operator (Operator Nepotisme) dan terakhir untuk Koordinator Stafsus Presiden kami beri nama Busuk"
Konten ini adalah kiriman dari Z Creators Indozone. Yuk bikin cerita dan konten serumu serta dapatkan berbagai reward menarik! Let's join Z Creators dengan klik di sini.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Liputan Dan Wawancara