Kamis, 03 OKTOBER 2024 • 09:37 WIB

Surat Cinta untuk Perfilman Indonesia yang Raih Jumlah Penonton Terbanyak Geser Film Impor

Author

Ilustrasi film Indonesia ditonton banyak penonton. (INDOZONE)

INDOZONE.ID - Sebuah prestasi gemilang buat perfilman Indonesia di tahun ini. Belum sampai akhir tahun, film Indonesia meraih lebih banyak jumlah penonton dibandingkan beberapa film asing yang masuk.

Hal ini tentunya menjadi angin segar bagi industri film di Tanah Air. Pasalnya, film impor biasanya lebih memikat penonton Indonesia lantaran masih banyak dari mereka yang tak percaya kualitas film Tanah Air. Sehingga prestasi ini cukup perlu dibanggakan bila dibandingkan beberapa satu dekade ke belakang.

Kilas balik polemik film Indonesia vs film impor era 2011

Mungkin masih banyak yang ingat dengan kejadian hilangnya poster-poster film asing-termasuk filmnya- di bioskop era 2011 silam lantaran masalah pajak. Banyak pihak yang mengecam, tapi tak sedikit juga yang menyambut baik lantaran film Indonesia akhirnya lebih banyak diputar di bioskop saat itu.

Ya, seolah ada pesan tersirat bahwa film Indonesia masih kalah saing dengan film buatan asing, sehingga ketika ada pelarangan film tersebut dijadikan batu loncatan untuk membuat film Indonesia berjaya di rumahnya sendiri.

Baca Juga: Bahaya Laten Film ‘Biru’ Bukan Main: Bikin Candu Lebihi Narkoba hingga Rusak Otak!

Tentunya pro kontra terjadi. Bahkan banyak penonton yang kesal dengan kebijakan tersebut lantaran alasan untuk memajukan film Indonesia bukanlah argumen yang tepat untuk menghentikan impor film asing.

Saat itu, banyak orang yang sepakat bahwa perfilman Indonesia belum mampu menghasilkan film berkualitas yang bisa dinikmati dan dijadikan hiburan. Banyak film horor yang menyisipkan unsur pornografi mendominasi industri perfilman saat ini.

Belasan tahun kemudian, industri perfilman Indonesia mulai berbenah diri. Banyak produsen dan sinemaker berbenah untuk memenuhi kualitas yang diharapkan penonton.

Dari segi sinematrografi, desain visual, sampai penulisan menghasilkan banyak hasil film yang baik. Bahkan beberapa darinya bisa dirilis secara internasional dan mendapat sambutan positif.

Strategi para filmmaker

Ada saatnya para filmmaker mulai banyak belajar dari industri film yang sudah bagus. Banyak ide yang akhirnya menjadi inspirasi para sinemaker.

Sebut saja beberapa film Joko Anwar yang menyajikan beberapa film dengan jenis penceritaan dan sinematografi yang mumpuni, atau Timo Tjahjanto yang menghasilkan beberapa film action menjajikan, dan masih banyak lagi.

Baca Juga: Tissa Biani Jadi Duta Festival Film Indonesia 2020 Paling Muda

Tak hanya itu, pihak produsen mencari cara untuk mengangkat cerita yang fresh dan memiliki kedekatan dengan penonton Indonesia. Entah membeli IP dari kisah viral, thread horor, dan masih banyak lagi.

Manoj Punjabi (tengah), CEO MD Entertainment. (Instsagram/manojpunjabimd)

Masih ingat tentunya ketika Manoj Punjabi dari MD Pictures menrilis "KKN di Desa Penari" pasca pandemi. Sampai saat tulisan ini dibuat, film tersebut menjadi film Indonesia paling laris yang tembus 10 juta penonton.

Bahkan, penayangan film tersebut berhasil mengalahkan jumlah penonton film asing dari Marvel Cinematic Universe "Doctor Strange in the Multiverse of Madness" yang tayang bersamaan di musim lebaran 2022.

Dalam sebuah kesempatan, Manoj Punjabi kepada Indozone, menyebutkan bila ia berharap film Indonesia bisa menyaingi film asing. Ia juga menyebutkan bila dirinya merasa geram kalau ada yang meremehkan film Indonesia.

"Saya paling nggak suka, jujur kalau film Indonesia diremehkan. Darah saya tinggi. Cuma kan ketika kita diremehkan, kita hanya bisa membuktikan dengan produk," kata Manoj Punjabi kepada Indozone.

"Kita gak bisa ngoceh. Orang mau kritik, ah orang Indonesia gak mungkin bisa kalahkan film asing. Kita gak bisa bikin apa-apa. Priority film asing, ya dia memang unggul," kata Manoj lagi.

Manoj merasakan paradigma terhadap film Indonesia berubah. Saat ini, film-film Indonesia bisa bertenger di premiere.

"Karena kita unggul begini, sekarang kan sudah beda. Jadi kami bisa bersyukur, jadi bisa film apa saja, tapi dengan KKN ini paradigmnya berubah. Dulu premiere mana pernah film Indonesia. Sekarang banyak film Indonesia di premiere, sampai ada yang bertahan dua minggu. Seperti film 'Pengabdi Setan 2', Miracle on Cell No.7, Mencuri Raden Saleh, dan lainnya," kata Manoj.

Baca Juga: Netflix Salurkan Rp7,1 M untuk Pekerja Film Indonesia yang Terdampak Pandemi

Manoj pun berharap bahwa film Indonesia akan semakin maju ke depannya dan bisa mengalahkan film asing. Setidaknya di bisokop Tanah Air.

Film Indonesia geser film impor di 2024

Sepertinya harapan Manoj dan sinemaker lainnya mulai sedikit demi sedikit terwuju. Industri perfilman Indonesia perlahan mulai menjadi tuan rumah di negeri sendiri.

Terbukti dengan antusiasme penonton Indonesia untuk memilih memesan tiket untuk menonton film karya anak bangsa ketimbang film impor pada 2024.

Rekor baru penonton film Indonesia di 2024. (Instagram/pusbangfilm)

Dalam sebuah unggahan akun pusbang film, jumlah penonton film lokal di bioskop telah melampaui film asing, mencetak rekor yang jarang terjadi dalam beberapa tahun terakhir. Mahendra Budaya, Direktur Perfilman, Musik, dan Media dari Kemendikbudristek, mengungkapkan bahwa angka 60 juta penonton adalah rekor tertinggi sejak tahun 1926, atau 98 tahun lalu.

"Jumlah ini jauh lebih tinggi dibanding film impor yang hanya mengumpulkan sekitar 35 juta penonton. Untuk pertama kalinya dalam sejarah, film Indonesia menembus 60 juta penonton, Hingga September 2024, total penonton film Indonesia mencapai 60.158.548, melampaui jumlah penonton film impor di bioskop Indonesia," kata Mahendra dalam unggahan di akun Instagram-nya seperti yang dilihat Indozone.

Baca Juga: Dijadwalkan Diperiksa Soal Rumah Produksi Film Dewasa Pagi Ini, Siskaeee Belum Pastikan Hadir

Salah satu contohnya, "Agak Laen", sebuah film karya sinemaker Indonesia yang berhasil meraih jumlah penonton tertinggi di tahun 2024 dengan jumlah penonton 9,1 juta penonton. Bila dibandingkan dengan film impor terlaris selama 2024, yaitu "How To Make Millions Before Grandma Dies" hanya mencapai 3,5 juta penonton.

Tentunya hal ini menjadikan film lokal sebagai tuan rumah di negeri sendiri.

Masih banyak yang perlu diperbaiki

Kendati apresiasi terhadap film Indonesia meningkat di tahun ini, tentunya masih banyak pekerjaan rumah untuk industri ini agar terus berbenah diri. Banyak yang mengakui bila sinematrografi dan desain visual serta budget yang digelontorkan tak sedikit sebagai sisi positif dari kemajuan. Namun, untuk kualitas tema dan cerita masih banyak yang perlu diperbaiki, dalam artian jangan hanya mengejar kuantitas, tapi juga kualitas.

Beberapa influencer film merasa perlu ada cerita yang ditulis dengan baik. Karena apa artinya sinematografi yang bagus, tapi jalan cerita dan penokohan tidak nyambung.

Selain itu, pembelian IP dari cerita viral juga perlu dikaji lagi lebih baik. Niat ingin menggaet jumlah penonton yang banyak jangan sampai menghilangkan kualitas dalam mengeksekusi film tersebut.

Pilihan tema genre juga diperlukan lebih luas. Sinemaker harus berani mengambil tema lain dari tema yang sudah banyak di masyarakat. Dengan begitu, semakin banyak masyarakat antsuasme yang mungkin berlebih dari rekor di tahun ini.

Baca Juga: Sambut Dies Natalis ke-67 Tahun, IPDN Gelar Seminar hingga Perlombaan Film Pendek

"Terima kasih atas antusiasme masyarakat yang telah menonton film-film Indonesia langsung di bioskop. Mari terus dukung perfilman Indonesia!" tutup Mahendra.

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi

Sumber: Wawancara, Analisis Redaksi