Ia membandingkan dengan fenomena film lebaran tahun 2025 dan film lebaran lain di tahun sebelumnya.
"Tahun lalu itu hanya ada dua film kan "Siksa Kubur" dan "Badarawuhi di Desa Penari", sebetulnya tadinya ada satu yang tayang di lebaran, tapi kegusur satu minggu sesudahnya yang "Dua Hati Biru", jadi tinggal dua yang betul-betul jadi film lebaran, dan dua itu sama genrenya horor, jadi orang banyak yang cukup mengeluhkan," ujarnya.
"Saya yang tidak memusuhi atau bahkan menyukai genre horor juga sebetulnya kalau melihat momentum lebaran yang biasanya jadi momentum film laris di Indonesia, sayang juga hanya dua film, dan keduanya horor, jadi seakan pasarnya itu tidak majemuk, dan dua-duanya produksinya lumayan mewah lah gitu. Ketika sekarang di lebaran ada lima film yang tayang dengan genre berbeda-beda termasuk salah satunya animasi itu kan sesuatu hasil dari koreksi tahun sebelumnya," tambahnya.
"Untuk film yang biasa ada di film lebaran itu kan yang diprediksi laris box office besar yaitu kan ada horor ya, dari MD Pictures. MD ini kan udah dari tahun ke tahun cukup punya bargaining kuat agar bisa jadi film lebaran dan pokoknya film di momen-momen bagus gitu untuk market. Jadi misalnya "Badarawuhi" itu full total promosinya, itu sangat percaya diri, sangat investasi di "Pabrik Gula", tapi tipis, ternyata kan gak sebesar "Badarawuhi" walaupun laris juga. Jadi yang fenomenal masih dipegang sama "Jumbo" ini."
Baca Juga: Fenomena Horor Lokal: Representasi Budaya di Ladang Cuan dengan Stigma Minim Inovasi
Ilustrasi film boxx ofice lebaran. (Freepik)
Kalau ngomongin soal film Lebaran 2025, rasanya nggak lengkap kalau kita ngelewatin angka-angka yang nunjukkin seberapa besar antusiasme penonton.
Dilihat Indozone dari akun Cinepoint, jumlah penonton film lebaran 2025 hingga minggu keempat menunjukkan angka yang fantastis, di mana beberapa film lokal sukses menembus jutaan penonton. Jumlah data yang terlihat saat artikel ini dirilis, lima film lebaran yang bersaing tahun ini mendapatkan jumlah penonton seperti berikut
Anggia Kharisma, produser dari Visinema di balik animasi 'Jumbo' dengan jumlah penonton tertinggi merasa keberhasilan filmnya garapan Indonesia juga bisa merebut hati penonton Tanah Air.
"Melihat film Indonesia, seperti JUMBO, bisa diterima luas saat Lebaran adalah kebanggaan tersendiri. Ini menunjukkan bahwa cerita dari rumah kita sendiri tetap punya tempat istimewa di hati penonton. Kami merasa ini bukan sekadar keberhasilan satu film, tapi langkah kecil menuju mimpi besar: membuktikan bahwa animasi lokal bisa tumbuh dan bersaing, bukan hanya di dalam negeri, tapi juga di dunia," ungkap Anggia Kharisma kepada Indozone.
Ungkapan dari produser Jumbo juga diamini oleh Hikmat Darmawan yang mengikuti beberapa film lebaran tahun ini. Salah satu faktor yang membuat film ini menjadi film yang diminati para penonton Indonesia adalah yang ditawarkan sedikit berbeda dengan beberapa film lebaran yang pernah ada.
Baca Juga: Netflix Salurkan Rp7,1 M untuk Pekerja Film Indonesia yang Terdampak Pandemi
"Kalau film "Jumbo" udah jelas keunggulannya mungkin karena dia mengisi caruk yang kosong, yaitu film keluarga. Gak hanya di Indonesia ya, kan film keluarga itu kan di Amerika pasaran kosong, padahal kan kalau kebayang dari segi ekonomi harusnya bagus dong, harusnya diisi dong, karena yang nonton gak cuma 1/2 orang, yang nonton kan keluarga," jelas Hikmat.
Persaingan ini menjadi babak baru untuk industri film Indonesia, dimana ada lima film Indonesia yang sangat dinikmati penonton film Tanah Air mengalahkan beberapa film impor. Hal ini sudah terlihat di di beberapa tahun sebelumnya, khususnya saat 'KKN di Desa Penari' yang berhasil melampaui penonton film Marvel Cinematic Universe 'Doctor Strange in the Multiverse of Madness'.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Wawancara, Analisis Redaksi