Kategori Berita
Media Network
Rabu, 30 APRIL 2025 • 20:24 WIB

Apresiasi Film Lebaran 2025: Dominasi Film Indonesia dengan Genre Variatif yang Tetap Harus Berbenah

Awalnya, Ryan hanya ingin menghadirkan cerita yang bisa dinikmati segala usia dari berbagai generasi.

"Dari awal, kami ingin menghadirkan cerita yang dekat dengan keseharian, dan relevan untuk segala usia. Mungkin itu yang membuat penonton berbagai generasi dan berbagai lapisan merasa relate dan akhirnya ingin merekomendasikannya ke orang-orang terdekat mereka."

Rekor MD Pictures juarai box office Lebaran berturut-turut

Para sineas dan produser film Pabrik Gula. (Handout)

Penayangan 'Pabrik Gula' dari MD Pictures menambah daftar panjang film tyang diproduksi dan berhasil tembus box office. Semenjak 'KKN di Desa Penari', 'Sewu Dino', 'Badarawuhi di Desa Penari', hingga 'Pabrik Gula' telah mendapat apresiasi dari penonton film Indonesia.

Menurut Manoj, hal yang diinginkan saat memulai produksi film hingga nanti hasil akhirnya adalah bagaimana membuat penonton dan filmakernya terhibur dan puas. Lalu, targetnya box office juga tercapai. 

"Saya mau buat film untuk penonton terhibur, saya sebagai filmmaker-nya puas, creator-nya puas, membuat film ini, ada values minimal, ada sesuatu yang orang bisa bawa pesan keluar dari bioskop ya, terharu belajar dari film itu, terhibur yang pasti, itu yang terutama. Kalau pun ada message-message apapun, tapi tidak menggurui, terhibur, dari saya ya udah," kata Manoj Punjabi.

"Misinya harus box office, harus besar. Kalau ada film lain lebih besar, ayo bagus, tapi kita harus menyampe target yang ada, jadi udah ada standar kalau MD (target penonton) 4-5 juta minimal ya di lebaran, itu kan jaminan mutu untuk penonton," tambahnya.

Manoj pun menyadari beberapa film lebarannya menuai berbagai respons penonton. Baik positif dan negatif, seperti disebut menbgulang format yang sama, penulisan yang kurang menggali, dan masih banyak aspek lain. Bahkan ada yang ekstrem. 

Baca Juga: Tren Selebritis Raup Cuan dari Produk Muslimah Menjelang Lebaran

"Kalau saya lihat negatifnya, saya anggapnya gini ya, kalau buzzer mau ada negatif-negatif itu saya nggak anggap lah ya, kalau negatif ya. Seleranya nggak dapet ya oke, kita nggak bisa puasin semua orang. Tapi yang saya lihat, saya pas perhatikan reaksi di bioskop penonton, kebawa emosinya dari segi horrenya, dia kebawa apa yang dia menonton, dia dapat ketegangan dari segi komedinya bisa terhibur ketawa, dari segi dramanya menyentuh, bisa dapat sesuatu, buat saya itu homework, itu yang penting ya, dari respon netizen banyak yang bilang suka, buat saya itu cukup," kata Manoj.

"Ada beberapa yang bilang misalnya nggak, atau ada campaign yang nggak bagus, sampai jelekin penulis, itu nggak bener lah, penulis disuruh mati aja, itu nggak bener menurut saya. Ini kreatif, lu nggak suka, ya oke, kalau filmnya jelek gitu kan, bilang gila filmnya jelek, gue nggak mau nonton, jangan nonton, ya nggak apa-apa, kadang kan film jelek kita nggak, dan saya tahu film saya jelek atau nggak, dan nggak usah saya, kalau udah dapat 4 juta nggak mungkin film jelek. Minimal luar biasa kan itu perspektif masing-masing," jelasnya.

Semakin Berbenah Diri, Semakin Dicintai

Membuat film harus pakai cinta, Hal itulah yang diungkap Ryan Ardhiyadi kepada Indozone yang menjadi salah satu kekuatannya untuk film animasi Jumbo. Ia menyadari bahwa film Indonesia saat ini masih banyak yang perlu dibenahi, termasuk film animasi yang selalu dibandingkan dengan studio besar negara lain.

"Pada akhirnya, saya percaya kekuatan terbesar ada pada cinta, film ini diterima karena lahir dari kerja keras banyak orang, dan tumbuh berkat cinta dari para pembuatnya, yang akhirnya menular menjadi cinta dari penonton," kata Ryan.

Hal inilah seolah menjawab pertanyaan publik yang ingin ada pembaruan di perfilman Indonesia. Kata-kata Ryan juga bisa menjadi surat cinta pada industri film Indonesia untuk saling belajar dan saling mendukung, yang tentunya perlu dapat dorongan, baik materil maupun imateriil.

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi

Sumber: Wawancara, Analisis Redaksi

BERITA TERKAIT
BERITA TERBARU

Apresiasi Film Lebaran 2025: Dominasi Film Indonesia dengan Genre Variatif yang Tetap Harus Berbenah

Link berhasil disalin!