"Jadi dengan 18.000 pulau, 280 juta penduduk, potensi kita satu film tuh harusnya 25 juta penonton. 10% dari penduduk tuh realistis banget. 10% nggak besar. Kalau 25 juta orang nonton film terlaris, itu nggak besar. Kita masih sangat under, potensi saya masih bisa 25 juta," kata Manoj Punjabi kepada Indozone.
"Pemerintah kalau mau dukung, dukung infrastruktur, itu yang penting. Kalau ada infrastruktur di tier 3 city, kota-kota yang lebih di pinggiran, itu membutuhkan bioskop, dan bioskop itu penontonnya film Indonesia semua," tambahnya.
Reza Rahadian. (INDOZONE/Nadya Mayangsari)
Hal yang sama juga diungkapkan oleh Reza Rahadian, aktor sekaligus sosok yang berperan penting di Festival Film Indonesia. Meski menyambut positif fenomena film lebaran dan semakin dinikmati masyarakat, Reza berharap adanya dukungan seperi yang diungkapkan Manoj Punjabi.
"Itu kan tidak lepas dari XXI yang tentu sudah berusaha dengan baik gitu ya saat ini memperluas jaringan bioskop dan mungkin kita punya jejaring bioskop-bioskop lainnya," kata Reza Rahadian saat ditemui Indozone.
Baca Juga: Sudah Beredar 6 Bulan, Polsek Tanah Abang Dalami Indikasi Uang Palsu Rp3,3 M Tersebar saat Lebaran
"Sejauh ini sih partisipasi pemerintah yang semakin erat untuk bisa mendukung ini saya rasa sudah cukup indikator positif yang baik. Saya termasuk orang yang optimis bahwa industri kita tuh sedang sehat-sehat. Sehat dalam artian minat penontonnya masih di sana, karena kalo melihat negara ASEAN lainnya atau negara Asia banyak banget loh dalam kondisi yang sedang tidak baik-baik aja juga gitu sinemanya," katanya.
Dengan berbagai apresiasi kepada film-film lebaran Indonesia di tahun ini, terbesit harapan untuk perfilman Indonesia lebih baik ke depannya. Indozone sempat menanyakan harapan dan pesan kepada influencer dan KOL film. Beberapa dari para penikmat film ini memberikan apresiasi, pesan, hingga kritik yang nantinya bisa berbenah.
"Kelima film itu memiliki variasi genre yang beragam. Ada film animasi, ada film horor/komedi, ada film horor action, ada film drama romansa dan drama perselingkuhan. Sesungguhnya ini memberikan warna tersendiri. Dari kelima film, kritik terbesar mungkin dialamatkan kepada Norma yang mengangkat isu perselingkuhan secara dangkal.," kata Yoseph Setiawan dari Rotten Eggs Film.
"Berita baiknya adalah film animasi yang sangat jarang hadir di perfilman kita mendapatkan respons yang sangat positif. Saya berharap ke depannya, variasi genre seperti ini tetap dipertahankan. Dan semoga ke depannya, penceritaan film-film Indonesia semakin dewasa dengan mengedepankan proses yang baik," tambahnya.
Baca Juga: Divonis Setahun Bui, Siskaeee Janji Tak Akan Bikin Film Asusila Lagi: I promise, I swear
Ada juga yang memberikan saran untuk membatasi film libur lebaran harga semua potensinya bisa tergali dan tidak jadi tumbal.
"Selamat untuk semua film lebaran yang meraih rekor penonton terbanyak dari momen lebaran di tahun-tahun sebelumnya. Kedepannya semoga film lebaran cukup konsisten memberikan variatif genre dan maksimal cukup 3-4 film saja tiap tahunnya agar tiap film mendapatkan potensi maksimal penontonnya masing-masing dan predikat 'tumbal lebaran' bisa menghilang," kata Zul Guci dari GilaFilm.id.
Tak hanya apresiasi dan pesan, produsen film Indonesia perlu melakukan pembenahan di untuk sisi marketingnya.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Wawancara, Analisis Redaksi