"Sedih iya, cuma kalau gak semangat kerja sih nggak. Sedih doang, karena setelah seminggu di rumah, terus kembali ke perantauan buat kerja itu rasanya kayak kurang lama aja," ungkap Risris.
Pertama, ketika seseorang menjadikan liburan sebagai media untuk menghindar dari tanggung jawab yang seharusnya dihadapi.
Dalam istilah manajemen stres, hal ini disebut prinsip flight. Hal itu disampaikan langsung oleh Psikolog Klinis Riliv, Toetik Septriasih SPsi MPsi terkait PHB.
“Alih-alih merasakan healing, seseorang yang berlibur karena menghindari tanggung jawab cenderung akan lebih tertekan setelah selesai berlibur”.
Kedua, apabila orang tersebut mengalami peristiwa tidak mengenakkan saat berlibur. Misalnya, ketika kehabisan uang, menghadapi kehilangan atas seseorang atau sesuatu, hingga perubahan gaya hidup seperti jam tidur dan pola makan.
“Tidur larut malam atau rencana perjalanan yang terlalu padat juga dapat menimbulkan post-holiday blues," sambungnya.
Selain itu, ada beberapa faktor yang membuat seorang mengalami PHB menurut Tika Bisono. Salah satu faktor seseorang mengalami PHB atau kerap dikenal Depresi Liburan adalah perjalanan pulang dari tempat berlibur yang sangat melelahkan.
"Alasan lain munculnya post holiday blues bisa jadi karena stres. Persiapan dan kepulangan dari perjalanan jauh dengan mobil atau pesawat bisa sangat melelahkan, meskipun perjalanan itu menyenangkan," ujar Tika.
"Setelah rangsangan yang begitu intens, kembali ke kenyataan bisa membuat kamu merasa kewalahan karena banyak hal yang harus dikejar atau diselesaikan," lanjutnya.
Jika mengalami post holiday blues, coba lakukan beberapa tips berikut:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Wawancara Langsung