Jenazah Paus Fransiskus Disemayamkan di Basilika Santo Petrus untuk Penghormatan Terakhir

Prosesi khidmat jenazah Paus Fransiskus di Basilika Santo Petrus ini juga menjadi penanda dimulainya masa persiapan pemilihan Paus baru. Konklaf diperkirakan baru akan dimulai paling cepat tanggal 6 Mei 2025.

Di antara nama-nama yang disebut berpeluang besar adalah Kardinal Luis Antonio Tagle dari Filipina dan Pietro Parolin dari Italia, dua sosok yang dikenal reformis.

Dalam suasana haru di dalam Basilika, jenazah Paus Fransiskus tampak tenang, mengenakan jubah merah, rosario di tangan, dan mitra putih di kepala.

Kardinal Raymond Burke, tokoh konservatif asal Amerika Serikat yang kerap berseberangan pandangan dengan Paus Fransiskus selama masa kepemimpinannya, terlihat mendekati peti jenazah dan membungkuk memberikan penghormatan.

Paus Fransiskus dikenal sebagai pemimpin Gereja yang menolak kemewahan dan protokol yang berlebihan. Ia lebih memilih pendekatan sederhana dan terbuka, bahkan terhadap kelompok minoritas yang selama ini kerap terpinggirkan.

Keputusan-keputusan besar Paus Fransiskus selama masa kepemimpinannya selama 12 tahun telah meninggalkan warisan reformasi yang kuat, termasuk upaya membuka peran lebih besar bagi perempuan dalam hierarki Gereja.

Kini, jenazah Paus Fransiskus di Basilika Santo Petrus hari ini menjadi simbol akhir dari era yang penuh transformasi.

Para kardinal dari seluruh dunia akan segera berkumpul untuk menentukan arah masa depan Gereja Katolik, apakah akan melanjutkan semangat reformasi yang diwariskan Paus Fransiskus atau kembali pada nilai-nilai tradisional yang lebih konservatif.

Seperti disampaikan oleh Kardinal Anders Arborelius dari Swedia, "Mungkin sudah saatnya kita kembali memilih Paus dari kawasan di mana Gereja Katolik masih hidup, dinamis, dan punya masa depan seperti dari Afrika atau Asia."