INDOZONE.ID - Fanny Soegiarto membuat kehebohan di dunia maya dengan mengungkap sejumlah persoalan pada band Soegi Bornean.
Perempuan asal Semarang yang dikenal sebagai Fanny Soegi, menyebut ada ketidakadilan dalam pembayaran royalti untuk lagu 'Asmalibrasi'
Lagu yang dirilis pada 2020 itu sempat viral, membuatnya diputar di mana-mana. Ini tentu memberi banyak pundi bagi penciptanya.
Namun menurut Fanny, hal itu tidak terjadi. Karena tak mendapat haknya, pencipta lagu itu masih mengalami kesulitan finansial, membuatnya harus meminjam uang untuk membayar sekolah sang anak.
Bahkan Fanny menyebut temannya itu harus tinggal di rumah kontrakan yang atapnya jebol, untuk menunjukkan kondisi keuangannya yang sulit.
"Nominal dari royalti lagu ini nggak main-main, setengah miliar lebih ada, tapi justru orang-orang yang nggak punya hak dapat paling banyak dan nggak transparan," kata Fanny dalam cuitannya di X.
Sebaliknya, lanjut dia, mereka yang tak berhak justru ketiban untung hingga bisa membeli dua mobil sekaligus, gitar mahal, bahkan dihamburkan dengan berfoya-foya.
Fanny sejatinya tak menyebut siapa pencipta lagu yang dia maksud. Meski demikian, salah satu pencipta lagu 'Asmalibrasi' diketahui adalah Dhimas Tirta Franata alias Dimec Tirta.
Di Instagram, Dimec mengunggah foto Fanny tak lama usai pernyataannya viral. Dia memakai POV sang anak bernama Jeje, untuk menyampaikan ucapan terima kasih pada Fanny.
"Doa terbaik untukmu, Onty. Terima kasih terdalam dari Jeje, Memo, dan Pepo. Tumbuhlah tumbuh-," demikian tulis Dimec dalam unggahan tersebut.
Baca Juga: Fanny Soegi Ungkap Ketidakadilan Pembagian Royalti pada Lagu Soegi Bornean
Fanny mengatakan, apa yang dia lakukan sebenarnya bukan menggarisbawahi ketidakadilan ekonomi. Hal lain yang mengganggunya adalah ketidakadilan dan keserakahan yang ada dalam persoalan ini.
"Bukan nominal yang ku garis bawahi, tapi nurani kalian. Band-band-an kok serakah, nggak keren blas (sama sekali)," kata Fanny.
"Band-band an kok korupsi, ndak keren," sambungnya.
Persoalan Lain
Tak hanya royalti, ada persoalan lain antara Fanny dan Soegi Bornean. Dalam lanjutan cuitan di X, Fanny sekilas menyebut rasa sakit hatinya saat momen kehilangan ibu.
Saat tampil dalam PodCast Naik Clas di kanal YouTube Authenticity ID, Fanny sudah menyampaikan permasalahannya bersama Soegi Bornean.
Dia mengaku salah satu momen terberatnya adalah saat sang ibu meninggal dunia. Namun kala itu, manajemen band tak mengizinkannya datang mengikuti acara 7 hari meninggalnya sang ibu. Alhasil, Fanny harus manggung bersama Soegi Bornean sambil menahan tangis.
Fanny mengaku saat itu dirinya masih menerima kondisi yang dia hadapi, karena menganggapnya sebagai tuntutan kerja. Namun dari situ, Fannya menemukan kondisi-kondisi lain yang membuatnya tak nyaman.
Ada tiga hal yang membuatnya tak lagi nyaman di Soegi Bornean, dan salah satunya adalah ketidakadilan soal royalti.
Kedua adalah perlakuan manajemen band pada salah satu player pengganti, yang dinilainya juga tidak adil.
Fanny juga tak menyebut nama yang dimaksud, namun diketahui personel baru yang datang belakangan adalah Bagas Prasetyo, yang menggantikan sang gitaris, Damar Komar.
Sebagai anak baru, Bagas dianggap sebagai additional player yang mendapat gaji lebih kecil dari pada personel lain. Padahal, Bagas bergabung sejak 2021, hingga akhirnya menyusul Fanny meninggalkan Soegi Bornean pada 2024.
Adapun hal lain yang dipersoalkan Fanny adalah terkait hak penggunaan Soegi Bornean. Fanny menyebut ada perjanjian agar dirinya membayar jika menggunakan nama itu untuk kariernya selepas hengkang dari band itu.
Padahal, sejatinya nama band ini berasal dari gabungan nama Fanny dan identitasnya yang berasal dari Kalimantan.
Ketiga hal itu yang membuat Fanny akhirnya memutuskan untuk hengkang dari Soegi Bornean. Namun karena belum selesai, Fanny kembali mengungkitnya pada 8 September 2024 lalu, hingga viral di media sosial.
"Mau mediasi berkali-kali juga gak bisa eh, musuhe duit eh, angel (musuhnya uang, susah)," terang Fanny.
Bantahan Soegi Bornean
Menanggapi hal ini, pihak Soegi Bornean menyebut pernyataan Fanny 'kurang pas dan tidak sesuai realita'. Mereka menyebut royalti 'Asmalibrasi' telah didistribusikan sesuai kesepakatan.
Soegi Bornean juga mengaku masih menjalin hubungan baik dengan sang pencipta, bahkan melakukan kerja sama di album baru mereka.
"Fanny pun selalu terlibat dalam keputusan pembagian royalti," demikian pernyataan Soegi Bornean di akun Instagramnya.
Baca Juga: Soegi Bornean Tanggapi Tuduhan Fanny Soegi Terkait Ketidakadilan Royalti Lagu
Mereka juga menyorot ihwal Fanny yang harus manggung saat 7 hari ibunya meninggal. Manajemen Soegi Bornean mengaku telah melakukan upaya agar bisa tampil tanpa Fanny.
"Kami mengusahakan untuk mencari vokalis pengganti serta rela manggung tanpa dibayar. Namun Fanny mengiyakan untuk tampil dalam pertunjukkan tersebut."
Demi meluruskan persoalan ini, Soegi Bornean juga mengaku sangat ingin menyelesaikannya secara baik dengan Fanny. Dalam pernyataan terakhir, Soegi Bornean menyampaikan ucapan terima kasih disertai doa.
"Terima kasih. Doa baik untuk kita semua."
Coreng Luka Fanny
Pernyataan Fanny, diakui atau tidak, menjadi preseden buruk bagi Soegi Bornean.
Luka yang dituding Fanny disebabkan oleh Soegi Bornean, menimbulkan ketidakpercayaan publik pada band yang berdiri pada 2019 ini.
Luka Fanny telah mencoreng Soegi Bornean. Hal ini setidaknya tampak dari komentar netizen dalam unggahan klarifikasi Soegi Bornean.
Dalam unggahan itu, Fanny juga ikut berkomentar singkat.
"Kalian percaya?"
Ada 2.185 komentar netizen yang menanggapi hal itu. Mayoritasnya memberi dukungan pada Fanny.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Instagram/@soegiborneanmusik, Instagram/@fannysoegi