Psikologi Menarik di Balik Obsesi Budaya Terhadap Gosip Selebriti, Digunakan untuk Tutupi Skandal Politik?
INDOZONE.ID - Ada dugaan yang berhembus di sosial media tentang kasus perselingkuhan seorang istri pesepakbola yang lagi kondang dengan pacar dari selebgram. Dalam waktu semalam, gosipnya sudah melebar kemana-mana sehingga membuat berita penting dan darurat tertutup.
Berberapa netizen di media sosial bertanya; apakah ini salah satu cara untuk menutupi sebuah isu politik?
Perilaku ini sendiri sepertinya sudah diramal dari beberapa dekade lalu oleh penulis fiksi terkenal Agatha Christie. Dalam salah satu bukunya, ia pernah menyebutkan kutipan yang sangat cocok dengan kondisi di atas.
"Berikan orang-orang dengan skandal yang berkaitan dengan seks, hal itu akan lebih menarik bagi mereka dibandingkan dengan tipu daya politik atau penipuan," tulisanya dalam buku "The Labor of Hercules yang dirilis pada 1947 silam.
Baca Juga: Terlibat Skandal Politik dan Gagal Kendalikan Inflasi, PM Jepang Fumio Kishida Mengundurkan Diri
Skandal seks yang paling enak dijadikan gosip tentu saja skandal para pesohor. Selebriti kalau kita sebutnya. Beritanya akan terus menjamur di media massa untuk dalam kisaran yang lama, meskipun terkadang berita tersebut belum benar adanya.
Gosip dari sudut pandang psikologi
Gosip sangat penting bagi jiwa budaya kita sehingga American Psychological Association (APA) memiliki definisinya sendiri. Menurut kamus APA, gosip terdiri dari pembicaraan pribadi atau komunikasi tentang informasi yang sering kali tidak berdasar, dan mungkin (tetapi tidak selalu) mengandung skandal atau bermaksud jahat.
Gosip memengaruhi ikatan kelompok, dan juga memiliki implikasi besar bagi penyebaran dan penguatan norma budaya, menurut APA.
"Ada beberapa orang yang mencoba menggosipkan gosip sebagai diskusi negatif atau kritis tentang orang lain, tetapi sebenarnya, gosip hanyalah berbagi informasi sosial satu sama lain," kata David Ludden, PhD, ketua departemen psikologi di Georgia Gwinnett College di Lawrenceville seperti yang dinukil dari situs everydayhealth.com.
Baca Juga: Putusan MK Jadi Upaya Melawan Kotak Kosong, PDIP Jember Siapkan Calon Bupati-Wakil Bupati Sendiri
Dalam sebuah penelitian yang diterbitkan pada bulan April 2019 di jurnal Social and Psychological Personality Science, para peneliti berupaya mencari tahu apa yang menjadi bahan gosip orang. Mereka menemukan bahwa di antara 467 peserta, sekitar tiga perempat gosip yang dibagikan orang bersifat netral dan cukup membosankan, tidak positif atau negatif.
Stephen Benning, PhD , profesor madya psikologi di Universitas Nevada di Las Vegas, mengatakan gosip sering kali mengacu pada informasi tentang orang lain yang dibagikan sedangkan orang-orang yang menjadi sasaran informasi tersebut ingin merahasiakannya.
Alasan masyarakat awam tertarik pada gosip
“Kita adalah makhluk sosial dan kita perlu mengetahui apa yang terjadi di lingkungan sosial, jadi gosip sangatlah membantu,” kata Ludden, yang mempelajari psikologi bahasa dan bagaimana bahasa membentuk dan dipengaruhi oleh dunia sosial kita.
Ia memberi contoh dengan bertanya kepada rekan kerja tentang bagaimana rapat dengan bos baru saja berlangsung untuk mengetahui suasana hati bos dan memutuskan apakah akan meminta bantuan atau tidak. Pada dasarnya, bergosip dapat membantu kita memasuki pertemuan sosial dengan lebih siap menghadapi apa yang akan terjadi.
Mengapa Kita Suka Bergosip Tentang Selebriti?
Berdasarkan definisi ini, kita mungkin menyimpulkan (seperti yang dikatakan para psikolog) bahwa gosip berperan dalam cara kita bersosialisasi dengan orang lain — gosip membantu kita belajar lebih banyak dan merasa lebih terhubung dengan jaringan kita, atau mengangkat status kita sendiri di atas orang lain dalam jaringan tersebut.
Jadi, apa yang memotivasi kita untuk bergosip tentang orang-orang terkenal yang padahal kita tidak mengenalnya.
Hanya karena kita belum pernah bertemu dengan para selebritas ini bukan berarti kita tidak punya hubungan dengan mereka.
Baca Juga: Kiky Saputri, Komika yang Rajin Dicium Selebriti Pria
"Yang kita lakukan adalah menciptakan hubungan parasosial, atau hubungan imajiner, dengan mereka," kata Ludden.
Anda mungkin, misalnya, merasakan kedekatan dengan seorang penyanyi atau atlet yang keberhasilannya telah Anda ikuti dan rayakan bersama mereka, menurut National Register of Health Services Psychologists .
Seperti gosip itu sendiri, hubungan ini bisa sehat atau tidak sehat tergantung pada keadaannya. Ikatan parasosial dapat mengisi kekosongan dalam hubungan kita di dunia nyata, dan merupakan cara yang bebas risiko untuk merasa terhubung dengan orang lain, karenakita tidak dapat ditolak oleh seseorang yang sebenarnya tidak menjalin hubungan dengan kita.
Ketika gosip selebriti mendominasi hidup
Namun, jika hubungan-hubungan ini mendominasi hidup kita, jika kita begitu terikat dengan seorang selebriti atau hubungan selebriti tertentu sehingga kita tidak membangun hubungan sosial yang nyata dengan orang-orang di sekitar kita — maka itu hal yang buruk.
Bergosip tentang selebritas ini bisa menjadi cara yang sama berisikonya untuk merasa terhubung, karena informasi yang kita bagikan tidak menimbulkan risiko bagi kita atau anggota lingkaran sosial kita.
Baca Juga: PM Inggris Boris Johnson Mundur, Ini Sederet Skandal yang Memicunya!
"Bergosip tentang selebritas adalah cara yang lebih aman untuk berinteraksi dengan teman kencan, menarik hati sekelompok orang di pesta, atau untuk merasa menjadi bagian dari tim baru di tempat kerja," kata Britt Frank, LCSW , seorang psikoterapis yang berbasis di Overland Park, Kansas, dan penulis The Science of Stuck.
Hal ini juga dapat berfungsi sebagai bentuk pelepas stres. "Ketika hidup terasa berat, berfokus pada gosip selebriti dapat menjadi cara untuk menghilangkan rasa tidak puas, tidak bahagia, atau stres," kata Frank.
"Menelusuri gosip selebriti menempatkan kita dalam kondisi terpisah di mana kita dapat beristirahat dari perasaan sulit."
Ketika gosip selebriti menjadi saran untuk menutup isu politik
Kecenderungan masyarakat yang menyukai gosip ini tentu rentan dimanfaatkan pihak yang mengerti tentang isu pengalihan masalah. Sehingga wajar banyak pihak yang menutup isu skandal politik dengan gosip selebiriti.
Salah satu negara yang selalu dilaporkan menggunakan konsep tersebut adalah Korea Selatan. Skandal para selebriti, terutama idolnya dijadikan bantalan untuk menutupi berita politik orang-orang besar.
Salah satu contohnya kasus skandal G-Dragon dan Lee Sun Kyun yang dituding menggunakan narkoba.
Mengutip Korean Herald, partai oposisi utama mengklaim bahwa penyelidikan yang sedang berlangsung terkait skandal narkoba tersebut mungkin telah direncanakan sebelumnya untuk mengalihkan perhatian publik dari isu-isu politik saat ini yang tidak menguntungkan bagi partai yang berkuasa dan pemerintah.
Baca Juga: Isu Politik Makin Memanas, Mahfud MD Tegaskan 'Jangan Langgar Konstitusi Demi Kekuasaan!'
Dalam wawancara radio dengan saluran berita YTN pada hari Kamis, Rep. An Min-suk dari Partai Demokrat Korea, partai oposisi utama, mengatakan bahwa serangkaian skandal narkoba yang melibatkan artis-artis terkenal mencuat pada saat pemerintah konservatif sedang menghadapi krisis.
Ia juga merujuk pada beberapa tokoh terkenal yang telah dilaporkan oleh polisi terkait dugaan penggunaan narkoba ilegal, termasuk Kwon Ji-yong, yang lebih dikenal dengan nama panggung G-Dragon dari Big Bang, serta aktor Lee Sun-kyun.
"Ada ungkapan bahwa politik adalah seni menentukan waktu yang tepat... Seseorang mungkin sengaja merencanakan (berita tentang narkoba para selebriti). Sekarang adalah waktu yang dapat menimbulkan kesalahpahaman semacam itu. Terserah kepada masyarakat apakah mereka ingin mempercayainya atau tidak," kata Rep. An Min-suk.
Pekan lalu, Lee Kyung, juru bicara deputi dari Partai Demokrat, juga menuduh adanya upaya yang disengaja untuk mengalihkan perhatian publik dari pemerintah, dan menyebut situasi ini sebagai "aneh."
"Putri Kim Seung-hee, sekretaris protokol presiden, adalah pelaku kekerasan sekolah yang menyebabkan korban mengalami cedera selama sembilan minggu. Presiden Yoon Suk Yeol sedang menghadapi tekanan setelah partainya kalah dalam pemilihan ulang kepala wilayah Gangseo. Namun, semua ini dibungkam oleh kasus penggunaan narkoba ilegal oleh Lee Sun-kyun," tulisnya.
Baca Juga: Ahli Psikologi Forensik Sebut Baiquni Wibowo Suka Menolong
Menteri Kehakiman Han Dong-hoon membantah klaim oposisi tersebut, dengan menyebutnya sebagai "tidak berdasar."
Konsep ini mencuat di Negara Ginseng tersebut lantaran banyaknya fans internasional yang mencari tahu. Tentunya tidak hanay terjadi di negara tersebut saja kan?
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Everyday Health, Analisis Redaksi