Nadia juga mengingatkan bahwa masyarakat Indonesia wajib untuk bersikap cerdas dalam menyikapi fenomena Cancel Culture, bukan hanya sekedar ikut-ikutan yang sedang viral saja.
"Jangan karena semua orang senang sama film itu, jadi ikut senang sama film itu. Gak gitu. Tapi cerdas. Kan itu gimana juga entertainment, hiburan untuk yang nonton. Jadi gak benar-benar harus kayak gitu," imbuhnya.
Adanya fenomena Cancel Culture yang dialami oleh Abidzar pun juga mendapatkan tanggapan dari para Generasi Z (Gen Z). Reaksi pertama muncul dari Nisa Aziza, salah satu mahasiswa UST asal Jogja jurusan Pendidikan kesejahteraan keluarga UST.
"Reaksinya sih pasti ada pro kontranya ya, kalo aku pribadi asalkan emang aktingnya bagus dan bisa di tonton ya ga masalah sih. Cancel culture itu ga wajib dilakukan karena kasian juga, di balik pembuatan film itu tu ada banyak orang yg terlibat, cukup cancel Abidzar-nya aja menurutku," jelas Nisa.
"Nek dampaknya pastilah ada positifnya bisa membuat Abidzar lebih bijak lagi dalam berkata apalagi dia publik figure kan. Jadi dampak negatifnya mungkin jadi banyak haters dan followers-nya kurang, mudah-mudahan mentalnya ga kena aja sih," sambungnya.
Berikutnya ada Falih Pramana yang merupakan mahasiswa jurusan Ekonomi dari kampus UIN Sunan Kalijaga. Ia berpendapat Cancel Culture yang dialami oleh Abidzar sangat wajar, mengingat sang aktor memang membuat pernyataan yang kontroversial.
"Reaksiku? Ya hal yang wajar sii. Soalnya abidzar berperilaku sombong dan angkuh. Wajar kalau banyak orang yang cancel culture terhadap dia. Tidak wajib. Ambil sisi positifnya. Buang sisi negatifnya. Dan tidak perlu untuk mencintai berlebih (fanatik) terhadap seseorang," ucap Falih.
"Tentu. Dengan melakukan hal tersebut, seorang yang di-cancel culture bisa merefleksikan dirinya. Menyadari bahwa apa yang dilakukannya kurang sesuai. Bisa memberikan efek jera kepada seorang," lanjutnya.
Cancel Culture memang jadi fenomena yang baru di Indonesia, terutama dengan berkembangnya pesatnya media sosial.
Namun sebagai masyarakat Indonesia, tentu kita diwajibkan untuk bisa menyikapinya dengan bijak terhadap fenomena-fenomena baru seperti Cancel Culture ini.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Wawancara Langsung, Analisis Redaksi