INDOZONE.ID - Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, menolak pembentukan negara Palestina jika perang Gaza mereda. Netanyahu juga berjanji akan terus melakukan agresi militer di Gaza sampai Hamas kalah.
"Dalam rencana di masa depan, Israel membutuhkan kontrol keamanan atas semua wilayah barat sungai Yordan (termasuk wilayah Palestina)," kata Netanyahu dalam konferesnsi pers secara nasional yang dikutip dari Al Jazeera pada Kamis (18/1/2024).
Namun, Amerika yang merupakan sekutu Israel, berbanding terbaik dengan sekutunya. Amerika menyerukan gencatan senjata dan meminta Israel mengurangi intensitas penyerangan di Gaza. Amerika juga mengatakan bahwa pembentukan negara Palestina menjadi bagian dari rencana nanti.
Melansir laporan Al Jazeera, penasihat Keamanan Nasional Amerika, John Kirby, mengatakan bahwa Amerika tidak akan mendukung pendudukan di Gaza dan tetap mendesak untuk pembentukan solusi dua negara. Sehingga Israel dan Palestina akan berdiri sebagai negara berdaulat yang hidup secara berdampingan.
Baca Juga: Menilik Kembali 100 Hari Perang Israel-Gaza, Kapan Berakhir?
Juru bicara Departemen Luar Negeri Amerika, Matthew Miller, juga mengatakan saat ini Israel memiliki kesempatan untuk terlibat dalam pembentukan negara Palestina.
"Tidak ada cara untuk memecah konflik jangka panjabg untuk mengontrol keamanan secara menyeluruh dan tidak ada cara untuk menyelesaikan konflik jangka pendek untuk membangun kembali Gaza serta membangun pemerintahan Gaza serta memberikan keamanan bagi Gaza tanpa pembentukan negara Palestina," kata Miller.
Gagasan antara kedua pihak bersekutu ini tampak besebrangan. Namun Amerika menegaskan pihaknya masih mendukung Israel secara penuh.
"Dukungan kami untuk Israel tetap kuat,".
Sementara itu konflik di Gaza hingga kini terus berlangsung bahkan terjadi lebih dari 100 hari sejak 7 Oktober 2023. Kini konflik tersebut menewaskan lebih dari 24 ribu warga Gaza.
Baca Juga: Mantan Menlu Nigeria: Netanyahu Ingin Musnahkan Semua Warga Palestina
Konflik juga merembet ke beberapa wilayah seperti di perbatasan Israel dan Libanon. Kelompok Hizbullah memprolamirkan akan terus menyerang Israel hingga konflik di Gaza mereda.
Sejalan dengan aksi Hizbullah, Houthi Yaman juga melancarkan aksi pemblokiran di kawasan Laut Merah yang menghubungkan jalur pelayaran menuju Terusan Suez di Mesir. Aksi Houthi ini diklaim sebagai upaya dukungan terhadap kelompok Hamas di Palestina.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Al Jazeera