Menteri Luar Negeri Jerman, Johann Wadephul, juga angkat bicara, “Putin tidak menginginkan perdamaian, dia ingin melanjutkan perang ini. Karena itu, kami akan menyetujui sanksi lebih lanjut di tingkat Eropa.”
Pernyataan ini sejalan dengan seruan dari kepala diplomasi Uni Eropa, Kaja Kallas, yang mendesak “tekanan internasional paling kuat untuk menghentikan perang.”
Di sisi lain, Trump tak hanya mengkritik Putin, tetapi juga Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy.
Ia menuduh Zelenskyy “tidak membantu negaranya” karena komentarnya yang keras.
“Setiap ucapannya justru menambah masalah. Saya tidak suka, dan itu harus dihentikan,” tulis Trump.
Pernyataan Trump terkini tentang invasi Rusia ke Ukraina ini menjadi sorotan banyak pihak, terutama di tengah upaya diplomatik yang masih buntu. Sementara itu, pada hari yang sama, Rusia dan Ukraina menyelesaikan pertukaran tahanan besar-besaran.
Sebanyak 303 tahanan dari masing-masing pihak dibebaskan, termasuk mantan tentara Ukraina yang terlihat lemah tapi tersenyum haru saat tiba di rumah sakit di wilayah Chernigiv.
Seorang mantan tawanan, Viktor Syvak (58 tahun), mengungkapkan rasa syukurnya, “Rasanya mustahil dijelaskan. Saya tidak bisa berkata-kata.” Ia ditahan di Mariupol selama 37 bulan dan 12 hari.
Serangan drone Rusia-Ukraina ini dan pertukaran tahanan yang terjadi menjadi bukti bahwa konflik masih jauh dari kata usai.
Dengan Trump yang kini terang-terangan mengecam Putin, sorotan internasional pun semakin mendorong harapan agar tekanan global mampu menghentikan tragedi yang terus memakan korban di Ukraina.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Nypost.com