Ia bahkan mendirikan PT Panamas di Bali pada 1963. Jumlah produksi meningkat tajam menjadi jutaan batang rokok per hari.
Strategi pemasaran yang efektif membuat perusahaan menghasilkan pendapatan luar biasa. Putra dari Aga, yakni Putera Sampoerna, masuk ke manajemen tahun 1977.
Ia merevolusi sistem distribusi dan membangun pabrik modern yang luasnya 153 hektar. Mereka juga merambah bisnis lain seperti perbankan, percetakan, hingga mebel.
Hingga kini, kepemimpinan beralih ke generasi keempat, di tangan Michael Sampoerna. Putera Sampoerna pernah menyatakan, "Baik sigaret kretek tangan maupun sigaret kretek mesin, seluruhnya dibuat berdasarkan tradisi kesempurnaan dan mutu terbaik."
Baca Juga: 2 Ribu Lebih Personel Gabungan Dikerahkan, Amankan Demo Ojol 20 Mei di Jakarta
Karena menjaga kualitas itu, Dji Sam Soe tetap dikenal dan dihormati hingga sekarang. Pada 2005, PT HM Sampoerna dijual ke Philip Morris International, perusahaan global yang juga memproduksi Marlboro dan Benson & Hedges.
Kiprah Dji Sam Soe 234 mampu berkompetisi dengan dua produk rokok luar negeri, seperti British American Tobacco, yaitu State Express 555 dan Perilly’s. Kompetisi ini dikenal sebagai "234 (Philip Morris) vs 555 (BAT)" dan "234 Super Premium (Philip Morris) vs Perilly's (BAT)".
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Nomor.net