Dalam pernyataan terbarunya, Yoon menegaskan bahwa perjuangannya bersama rakyat selama dua setengah tahun terakhir tidak boleh berhenti. “Saya tidak akan pernah menyerah,” ucapnya.
Namun, perjalanan politik Yoon penuh tantangan. Ia menghadapi berbagai skandal pribadi, oposisi yang keras, serta perpecahan dalam partainya sendiri.
Para pendukung pemakzulan Yoon bersorak gembira di luar parlemen, mengibarkan tongkat LED berwarna-warni di tengah alunan musik. Sebaliknya, kerumunan pendukung Yoon bubar setelah mendengar berita pemakzulan.
Ketua Partai Demokrat Oposisi, Lee Jae-myung, menyerukan rakyat untuk terus berjuang agar Yoon segera diberhentikan secara resmi. “Rakyat telah menciptakan sejarah baru,” ujarnya di hadapan kerumunan yang bertahan di bawah suhu dingin.
Para anggota parlemen Korea Selatan. (Yonhap News)
Pemakzulan Yoon berhasil disahkan setelah 12 anggota partai Yoon, Partai Kekuatan Rakyat, bergabung dengan partai oposisi. Sebanyak 204 anggota parlemen mendukung pemakzulan, sementara 85 menolak, tiga abstain, dan delapan suara dinyatakan tidak sah.
Krisis ini juga memicu kekacauan di internal partai yang berkuasa. Ketua partai, Han Dong-hoon, menolak mundur meski mendukung pemakzulan sebagai langkah untuk menormalkan situasi.
Pada 3 Desember, Yoon mengejutkan bangsa dengan memberikan wewenang darurat kepada militer untuk menghadapi apa yang ia sebut sebagai “kekuatan anti-negara” dan lawan politik yang dianggap menghambat.
Namun, deklarasi ini dicabut hanya enam jam kemudian setelah parlemen menolak langkah tersebut. Insiden ini memicu krisis konstitusional dan seruan luas agar Yoon mundur.
Yoon telah meminta maaf tetapi tetap membela tindakannya. Ia juga menolak tekanan untuk mengundurkan diri, meski menghadapi investigasi kriminal atas tuduhan pemberontakan.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Channelnewsasia.com