Baca Juga: Wakil Presiden ke-9 Hamzah Haz Meninggal Dunia di Usia 84 Tahun
Saat proses pemakzulan Wahid berlangsung pada 2001, Hamzah yang saat itu memimpin PPP, partai terbesar ketiga di Parlemen Indonesia, menjadi kandidat utama untuk mengisi posisi Wakil Presiden setelah Megawati Sukarnoputri naik sebagai Presiden.
Pada pemilihan presiden 2004, Hamzah mencalonkan diri sebagai presiden, berpasangan dengan Agum Gumelar.
Pasangan ini menempati posisi terakhir di antara lima kandidat, hanya meraih 3 persen dari total suara.
Beberapa wartawan dan pengamat melaporkan bahwa Hamzah diduga memberikan dukungan kepada kelompok-kelompok muslim militan untuk meraih dukungan politik.
Pada tahun 2002, Bill Guerin menulis dalam sebuah opini di Asia Times, "Hamzah ... secara luas dipandang sebagai seseorang yang terang-terangan berusaha meraih dukungan dari kalangan Muslim Indonesia, termasuk kelompok-kelompok militan, guna memperkuat pencalonannya dalam pemilihan presiden berikutnya pada tahun 2004."
Hamzah juga diketahui sebagai pendukung dan teman dekat Abu Bakar Bashir, pemimpin spiritual dari organisasi teroris Jemaah Islamiyah.
Selama masa jabatannya sebagai wakil presiden, Hamzah pernah mengundang Bashir untuk makan malam dan mengunjungi pesantren jihadnya di Pondok Ngruki.
Hamzah membantah hubungan Bashir dengan terorisme hingga penangkapan Bashir pada Oktober 2002, dan dilaporkan pernah mengatakan sebelum penangkapan, "Jika Anda ingin menangkap Abu Bakar Bashir, Anda harus menghadapi saya terlebih dahulu."
Pada Oktober 2002, sebuah artikel di TIME mengungkapkan bahwa "tidak mengherankan jika ulama seperti Abubakar (Bashir) memiliki dukungan kuat dari kalangan militer dan politik, termasuk Wakil Presiden Hamzah Haz."
Artikel tersebut mencatat bahwa Hamzah menganggap hubungannya dengan Bashir dan pemimpin Laskar Jihad Jafar Umar Thalib sebagai "sangat dekat."
Namun, banyak yang memandang hubungan ini sebagai strategi politik semata untuk menarik pemilih muslim menjelang pemilihan umum 2004.
Meskipun Hamzah dikenal sebagai politikus yang licik, ia tetap "akan diingat karena pidatonya yang sangat kontroversial di hadapan ulama Muslim di pesantren Abubakar di Solo pada Mei 2002," menurut majalah tersebut.
Selama kunjungan itu, Hamzah juga dilaporkan berkata, "Jika ada bukti teroris di sini, saya akan menjadi orang pertama yang memerintahkan penangkapan," sebelum turun dari podium dan mencium kedua pipi Abu Bakar.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Wikipedia.id