"Sudah lama tidak ada grup band pop yang menggarap sebuah lagu religi gitu, makanya mungkin gap-gap yang jauh itu dengan Bimbo saat album "Raihlah Kemenangan" September 2004 itu kalau war benar-benar langsung diterima oleh generasi anak muda saat itu, karena kayak merasa ada alternatif nih, lagu religi tapi gak mendayu-dayu," kata Armand.
Ilustrasi musik religi. (Freepik)
Ramadhan di tahun ini, beberapa label besar di Indonesia merilis lagu dari beberapa musisi yang bertema religi, mulai dari band hingga solois. Sebut saja ada lagu "Bulan Baik" dari Ungu yang dirilis Trinity Optima Production, "Allah Ya Maulana" dari Opick yang dirilis Aquarius Musikindo, Haddad Alwi, Hetty Koes Endang, Angel Lelga, dan masih banyak musisi dan label lainnya yang juga merilis single religi di bulan suci ini.
Termasuk label besar Nagaswara tak lepas dengan perilisan lagu religi di Ramadhan tahun ini. Saat dihubungi Indozone, Thoni Rizqi selaku A&R Marketing Promotion dari Nagaswara mengungkapkan salah satu rilisan musik religi yang dirilis Ramadhan ini.
"Bulan Ramadhan kali ini dari Nagaswara mengeluarkan satu single yang on plan. Kita rencananya ada satu single lagi, tapi on progress. Yang sudah keluar itu ada Wali yang kolab bersama Mustafa Atef, lagunya berjudul "Forgive Me (Marhaban Ya Ramadhan)," kata Thoni.
Baca Juga: Polres Jember Gandeng Elemen Pemuda Giat Bansos Jelang Ramadhan
Berbedaa dengan era sebelumnya dimana wadah seperti radio dan televisi menjadi sarana untuk memperkenalkan musik religi saat memasuki Ramadhan, para produsen harus beradaptasi dengan platform baru dalam memperkenalkan karyanya. Sebut saja platform musik digital, kanal Youtube, Intsgaram hingga Tiktok.
"Karena sekarang itu orang konsumsi hal baru, terutama musik itu lebih banyak disetir oleh Tiktok, akhirnya kita juga fokus untuk mengarahkan artis buat konten melalui Tiktok," tambahnya.
Selain berevolusi dalam pemasaran, pihak label dan musisi juga berkolaborasi untuk menyisipkan tema baru sebagai bentuk strategi pemasaran yang menyasar ke anak muda. Salah satu contohnya mengambil tema-tema yang relate dengan anak muda yang kemudian dikombinasikan dengan musik religi.
"Sebenarnya kita tetap menggunakan isu yang lagi ramai di era zaman sekarang. Misalnya seperti kesehatan mental, isu yang paling sering dibicarakan anak muda. Itu yang kita jadiin salah satu acuan, kita menargetkan pendengar-pendengar baru, masyarakat-masyarakat gen z yang berumur 18 sampai 24," ucap Thoni.
Baca Juga: Hari Musik Nasional, Jokowi Minta Masyarakat Kembangkan Lagu Daerah
"Jadi isu-isu yang kita bawa di lirik maupun jenis musiknya untuk dirilis di lagu religi itu tetap mengarah ke gen z dan millenials. Apalagi kalau kita melihat di sosial media itu, tak jarang banyak anak-anak gen z itu berani speak up apa yang mereka rasakan dan mereka pikirkan. Tentunya kita menggulung informasi tersebut yang akhirnya kita translate dan akhirnya kita produksi bersama artis-artis dari Nagaswara," tambahnya.
Meski hanya musiman di beberapa momen saja, produktivitas para musisi musik religi diberikan apresiasi di industri musim Tanah Air. Salah satunya lewat ajang AMI Awards seperti yang diterima Nissa Sabyan dan Melitha Sidabutar di tahun 2024 lalu.
"Di AMI Awards selalu ada kategori lagu religi, dimana mereka menggunakan istilah “lagu berlirik spiritual Islami/Nasrani”. Sementara ini hanya mewakili dua agama mayoritas karena materi rilisan yang berkaitan dengan itu terbilang sedikit," kata Mudya.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Liputan Khusus, Wawancara, Analisis Redaksi