Baca Juga: Cerita Sedih R Disiksa Usai Pergoki Kekasih Selingkuh, Dicekik hingga Terseret Sepeda Motor
Perlu digarisbawahi, tidak semua kasus perselingkuhan melalui proses berurutan seperti yang dijelaskan di atas. Akan tetapi, tahap-tahap itu yang akan dialami dalam perselingkuhan.
Nah, selama atau sesudah perselingkuhan, pelaku akan menghadapi emosi dan introspeksi negatif, seperti rasa bersalah, penyesalan, dan pembenaran diri atas tindakan atau rencana mereka.
Rasa bersalah dan malu karena telah berselingkuh, terkadang mempengaruhi psikologis pelaku. Bahkan, ada yang berdampak positif dengan menciptakan perubahan dan perbaikan.
“Rasa bersalah dan malu karena perselingkuhan terkadang mempengaruhi pelaku secara psikologis dalam berbagai macam cara, terkadang bahkan secara positif, dengan menginspirasi perubahan dan perbaikan,” ungkap Kasandra Putranto.
Para pelaku selingkuh perlu merenungi dan mempertimbangkan secara sadar mengenai kejadian serta hubungan sebelumnya.
Tujuannya supaya ada perubahan positif dalam preferensi pasangan dan kesiapan membina hubungan baru.
“Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, perselingkuhan itu sendiri umumnya tidak disebabkan oleh gangguan apa pun. Seseorang yang berselingkuh belum tentu memiliki gangguan psikologis apa pun. Oleh karena itu, tidak ada rencana perawatan yang nyata bagi individu yang melakukan tindakan tersebut,” jelas Kasandra Putranto.
Penjelasan tadi berlaku untuk pasangan yang memutuskan berpisah, lalu ingin menemukan cinta baru yang lebih sehat. Lantas, bagaimana jika hubungan tetap berlanjut setelah perselingkuhan?
Bagi yang terus melanjutkan hubungan, penting untuk membangun kembali rasa percaya diri dan harga diri masing-masing setelah pengkhianatan yang terjadi.
Selain itu, untuk hubungan yang berakhir atau berlanjut, penting bagi pelaku untuk bertanggung jawab dan jujur atas pengkhianatan yang telah dilakukannya.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Wawancara