Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol melakukan pidato yang disiarkan di televisi.
INDOZONE.ID - Presiden Korea Selatan (Korsel), Yoon Suk Yeol, menjadi sorotan publik setelah secara mendadak mengumumkan darurat militer, langkah yang disambut dengan protes keras dari masyarakat Korsel, dan memicu berbagai reaksi serta perbincangan hangat, baik di dalam negeri maupun di kancah internasional.
Hal ini juga tidak terlepas dari sorotan para ahli psikiater karena menunjukkan kepribadian narsistik dan kecenderungan delusional.
Dalam analiis para ahi, mereka menilai bahwa Presiden Yoon Suk Yeol kerap kesulitan dalam menerima kritik dan melakukan refleksi diri.
Baca Juga: Joe Biden Luncurkan Strategi Lawan Kebencian terhadap Muslim dan Arab
Seorang psikiater yang tidak disebutkan namanya, dijuluki sebagai Psikiater A mengatakan bahwa semakin seseorang merasa terdesak, semakin besar mereka menciptakan musuh dan berfokus pada kebencian.
Psikiater A menambahkan bahwa dalam pidatonya, Yoon terlihat tidak mampu membedakan apa yang seharusnya dia katakan dan yang seharusnya tidak dia katakan, karena penjelasan dalam pidato tersebut tampaknya malah menimbulkan banyak masalah.
Di sisi lain, seorang psikiater lain yang juga tidak disebutkan namanya, Psikiater B memberikan analisis lanjutan dengan mengatakan bahwa Yoon menunjukkan tanda-tanda kehilangan empati, realitas yang terdistorsi, serta keputusan impulsif yang membuat berkomunikasi dengannya menjadi sulit.
Tanda-tanda ini merupakan gejala delusi yang seharusnya ditindaklanjuti oleh ahli psikiater terhadap Yoon.
Baca Juga: Paus Fransiskus Kirim Pesan Tajam ke Israel dengan Adegan Kelahiran Yesus
Psikiater B menambahkan bahwa penjelasan yang dibeberkan oleh Yoon tidak didasari dengan fakta yang jelas sehingga cukup mengkhawatirkan terhadap keputusan-keputusan yang dibuat olehnya.
Pendapat para ahli ini juga menimbulkan banyak reaksi dari netizen Korea di situs theqoo, berikut beberapa komentar tersebut
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: South China Morning Post