Hingga pada akhir bulan Oktober, ia tinggal di tenda di tempat pengungsian rumah sakit Al-Aqsa.
Walaupun keadaan yang menyeramkan dan kacau, Shaaban tetap belajar dan mengikuti kuliah dari tenda.
Demi mendapatkan akses internet yang memadai, Shaaban harus berjalan 30 menit dari tempat tinggalnya.
Dehidrasi, rasa lapar, dan dirinya yang penuh luka, Shaaban mengusahakan semuanya untuk keluarganya.
Baca Juga: Kisah Fatima Najdi Beserta Keluarga yang Jadi Korban dari Serangan Brutal Israel di Lebanon
Tidak hanya itu, Shaaban merupakan anak didik dari @scholarships4gh4zza, sebuah lembaga yang berinisiatif untuk menyediakan beasiswa internasional untuk mahasiswa di Gaza.
Shabaan bekerja dengan mereka untuk memenuhi pendidikan S1nya, dengan nilai rata-rata 97.9% di ujiannya.
Tidak hanya menempuh pendidikan, tetapi Shaaban juga mengambil keputusannya tersendiri untuk mengamankan dana untuk dirinya dan keluarganya mengungsi ke Mesir.
“Bayangkan betapa leganya kita saat mendapatkan pelukan hangat setelah menggigil setiap malam di tempat pengungsian sementara,” ujar Shaaban dalam tulisan untuk penggalangan dana untuk keluarganya
“Betapa nyamannya bisa berbagi makanan dengan orang-orang terkasih setelah hari demi hari kelaparan, betapa tenangnya mengetahui bahwa anak-anak kami aman dari jahatnya perang.” lanjutnya.
Penulis: Gadis Kinamulan Esthiningtyas
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Instagram