Kategori Berita
Media Network
Senin, 06 MEI 2024 • 15:30 WIB

Detail Lengkap Penyebab Ekonomi China Mulai Melambat

Hasil penjualan dari proyek apartemen tersebut, langsung dipakai untuk membangun proyek lain tanpa melihat terlebih dulu apakah penjualan proyek sebelumnya benar-benar berhasil atau tidak. Alhasil Evergrande tidak menyimpan modal yang cukup, hingga sampai pada saat itu harga properti mengalami kenaikan yang cukup besar.

Tetapi bukan karena supplainya kurang, melainkan para developer terus-menerus membangun sampai akhirnya kelebihan pasokan, dan bahkan sampai ada 90 juta unit kosong tak berpenghuni atau setara dengan penduduk Jerman dan Vietnam. Sedangkan di sisi demand, properti hanya dilihat sebagai aset investasi dengan return 15 sampai 25 persen per tahun.

Di tahun 2018, harga properti di Beijing melonjak setara dengan harga di Los Angeles, harga properti di Shenzhen setara dengan harga di Paris, dan harga properti di Shanghai setara dengan di London. Padahal rata-rata penghasilan penduduk China hanya 15 - 25 persen dari penduduk Amerika, Prancis, dan Inggris.

Baca Juga: Kunker ke China, Prabowo Tinjau Sekolah yang Beri Makan Siang Gratis

Oleh karena itu, warga China butuh bekerja 40-50 tahun untuk membeli 1 unit apartemen di kota metropolitan China. Sampai akhirnya pemerintah China mulai melihat meroketnya harga properti ini sebagai masalah, dikarenakan banyak penduduk yang tidak mampu membeli dan kenaikan harga ini terjadi di tengah supplai yang membludak.

Pemerintah China sadar, bahwa kenaikan harga yang terjadi tidak di dasari dengan nilai dan fungsi, melainkan hanya sebatas keyakinan bahwa akan memperoleh keuntungan secara terus-menerus di masa depan.

Untuk menormalkan situasi ini, pada Agustus 2020, pemerintah China menerapkan kebijakan three red lines, tetapi Evergrande tidak menjalani dua dari tiga aturan tersebut. Pada desember 2021, Evergrande tidak membayar utang obligasinya, namun investor dan kreditor asing percaya bahwa pemerintah China akan segera menyelematkan ekonominya dari krisis, namun ternyata hal itu tidak terjadi.

Pada akhirnya, di awal tahun 2024 Evergrande dinyatakan bangkrut dan wajib likuidasi. Cerita ini, bukan hanya terjadi pada Evergrande, namun pernah terjadi juga pada perusahaan properti terbesar China lainnya, seperti Country Garden, Sunak, Baoneng, dan Kaisa.

Dan inilah akhir dari ekonomi China yang bertumbuh sangat tinggi di awal tahun 2.000-an, hingga sekarang, sektor properti dan konstruksi yang sempat menyumbang hingga 30 persen dari ekonomi China tumbang, banyak pekerja yang terkena PHK dan menganggur.

Bahkan per April 2022, tingkat pengangguran tenaga kerja yang berusia 16 sampai 24 tahun hingga mencapai 20 persen, mereka terpaksa pindah ke luar kota dan mencari produk diskonan untuk memotong pengeluarannya.

Namun terlepas apapun yang terjadi, sektor properti China berhasil menjadi salah satu kekuatan besar di dunia. Saat ini, China sedang beralih ke sektor teknologi, manufaktur, dan jasa untuk menemukan sumber pertumbuhan cepat yang baru.

 


Konten ini adalah kiriman dari Z Creators Indozone. Yuk bikin cerita dan konten serumu serta dapatkan berbagai reward menarik! Let's join Z Creators dengan klik di sini.

Z Creators

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi

Sumber: Chinadaily.com.cn

BERITA TERKAIT
BERITA TERBARU

Detail Lengkap Penyebab Ekonomi China Mulai Melambat

Link berhasil disalin!