Unjuk rasa solidaritas Palestina
INDOZONE.ID - Media lokal asal Amerika Serikat, CNN diduga menyiarkan laporan bias mengenai perang di Gaza.
Hal ini diungkap oleh sejumlah wartawan CNN dalam kepada media The Guardian asal Inggris. Menurut mereka ada banyak narasi-narasi yang diberikan mengenai Israel sambil menekan suara Palestina.
Melansir laporan Middle East Monitor, media asal Inggris ini melaporkan sebanyak enam wartawan CNN Amerika yang menyebut bahwa manajemen baru media serta editorial cenderung memberikan narasi pro Israel sehingga terjadi 'malpraktek jurnalistik'.
Para wartawan ini membeberkan sejumlah bukti mengenai kebiasan yang dilakukan oleh CNN. Seperti kurangnya wawancara dengan anggota Hamas sejak konflik Gaza berlangsung.
Para wartawan juga menilai media hanya melaporkan jumlah nilai dari pihak pemerintah Israel dan membatasi pernyataan dari pejabat Hamas.
Baca Juga: Bela Israel Di Mahkamah Internasional, Hakim Julia Sebutinde Kini Diangkat Jadi Wakil Presiden ICJ
Perbedaan mencolok lainnya juga dilihat dari pelaporan yang dilakukan oleh CNN Internasional dan saluran lokal CNN di Amerika.
Para wartawan ini mengungkap selama berjam-jam media hanya mengambil laporan wawancara dengan pejabat Israel serta para pendukung di Gaza. Terkadang pembawa acara juga membuat pernyataan yang tampak mendukung Israel.
Keenam wartawan ini juga mengatakan bahwa liputan mereka sangat dipengaruhi oleh pihak luar seperti persetujuan dari pihak Israel.
"Banyak yang telah mendorong lebih banyak konten dari Gaza untuk diperingatkan dan ditayangkan," kata salah satu wartawan.
The Guardian juga menyoroti pengangkatan Mark Thompson sebagai CEO media setelah dua hari perang Gaza memanas. The Guardian juga menyebut Thompson sering dipengaruhi oleh pemerintah Israel.
Di bawah kepemimpinannya, para staf media dilaporkan terbagi ke dalam dua kubu. Seorang wartawan menyebut sebagai perpecahan jaringan.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: The Guardian, Middle East Monitor