Serangan Israel pada pasukan IRGC Iran di Damaskus, Suriah.
INDOZONE.ID - Korps Pengawal Revolusi Islam (IRGC) Iran mengatakan lima penasihat militer mereka tewas dalam serangan udara Israel, terhadap sebuah bangunan tempat tinggal di ibu kota Suriah, Damaskus.
Di kutip dari media pemerintah Suriah, SANA, serangan pada hari Sabtu (20/1/2024) terjadi di lingkungan Mazzeh. Dikatakan bahwa agresi Israel menargetkan bangunan tersebut.
Iran juga menyalahkan Israel atas serangan itu, dengan mengatakan pihaknya berhak untuk merespons.
“Republik Islam tidak akan membiarkan kejahatan rezim zionis tidak terjawab,” kata Presiden Iran Ebrahim Raisi dalam sebuah pernyataan yang disiarkan di media pemerintah, dikutip Minggu (21/1/2024).
Sebelumnya, juru bicara Kementerian Luar Negeri Nasser Kanani mengatakan, Teheran akan merespons pada waktu dan tempat yang tepat serta mengutuk eskalasi serangan agresif dan provokatif yang dilakukan Israel.
Di lansir dari Al Jazeera, sebuah sumber informasi mengatakan bahwa targetnya adalah unit intelijen IRGC. Ia menambahkan bahwa seorang pejabat senior intelijen IRGC di Suriah dan asistennya, berada di dalam gedung tersebut.
Baca Juga: Iran: Dukungan AS ke Israel Jadi Biang Kerok Konflik di Timur Tengah
Dalam sebuah pernyataan segera setelah serangan itu, IRGC mengatakan serangan udara yang dilakukan jet tempur Israel menewaskan sejumlah pasukan Suriah dan empat penasihat militer.
Orang-orang yang terbunuh diidentifikasi sebagai Hojjatollah Omidvar, Ali Aghazadeh, Hossein Mohammadi, dan Saied Karimi, tanpa menyebutkan pangkat mereka.
Pada hari yang sama, IRGC mengatakan anggota kelima pasukan elit juga tewas karena luka-lukanya dan menyebutkan namanya sebagai Mohammad Amin Samadi.
Serangan tersebut diyakini dilakukan dengan setidaknya empat rudal dan menghancurkan sebuah bangunan empat lantai. Israel belum berkomentar mengenai peristiwa tersebut.
Serangan di Suriah terjadi di tengah meningkatnya ketegangan di wilayah tersebut dan serangan Israel di Gaza yang telah menewaskan hampir 25.000 orang.
Pada hari Sabtu, serangan Israel di Lebanon selatan menewaskan dua orang, setidaknya satu adalah anggota Hizbullah. Serangan serupa di masa lalu menargetkan anggota Hizbullah dan kelompok Hamas.
Imran Khan dari Al Jazeera melaporkan dari lingkungan Borj el Barajneh di Beirut selatan, mengatakan Israel telah menyerang lebih dalam ke wilayah Lebanon dari biasanya, sekitar 25 km (15,5 mil) dari daerah perbatasan yang disengketakan.
“Namun, serangan-serangan ini bisa saja terjadi,” kata Khan, terutama mengutip pembunuhan wakil pemimpin Hamas Saleh al-Arouri di Beirut.
Di Irak, rudal yang ditembakkan pada hari Sabtu ke arah pasukan koalisi pimpinan AS, yang ditempatkan di pangkalan udara Ain al-Asad, juga meningkatkan kekhawatiran akan terjadinya kebakaran regional yang lebih luas.
Para pejabat AS mengatakan penilaian awal menunjukkan personel AS menderita luka ringan dan seorang anggota pasukan keamanan Irak terluka parah. Tidak jelas apakah pangkalan tersebut terkena rudal balistik atau roket.
Dilaporkan dari Bagdad, Mahmoud Abdelwahed dari Al Jazeera mengatakan pangkalan itu, yang merupakan pusat militer utama yang menampung pasukan AS, telah menjadi sasaran serangan sebelumnya yang dilakukan oleh kelompok bersenjata yang didukung Iran, yang menuduh AS pendukung utama Israel.
Baca Juga: Rudal Balistik IRGC Iran Hancurkan Markas Intelijen Israel Mossad di Irak
Ketegangan juga meningkat di Laut Merah, di tengah serangan terhadap kapal komersial oleh kelompok Houthi yang bersekutu dengan Iran di Yaman. Pasukan Komando Pusat AS pada hari Sabtu menyerang rudal anti-kapal Houthi yang ditujukan ke Teluk Aden, dan bersiap untuk diluncurkan, kata militer AS.
Kelompok Houthi, yang menguasai sebagian besar wilayah Yaman, mengatakan serangan mereka merupakan bentuk solidaritas terhadap warga Palestina yang diserang Israel di Gaza.
Sejak pekan lalu, AS telah melancarkan serangan terhadap sasaran Houthi di Yaman, dan pekan ini mengembalikan pemberontak tersebut ke dalam daftar kelompok teroris.
Menteri Luar Negeri Yordania Ayman Safadi mengatakan kepada Al Jazeera bahwa perang di Gaza membawa risiko yang sangat serius yang akan meluas ke wilayah lain.
“Perdana Menteri Israel mungkin secara sadar memprovokasi konfrontasi di bidang lain, khususnya dengan Lebanon dan wilayah lain di kawasan ini, untuk menunda perhitungan politik yang harus dia hadapi,” katanya, merujuk pada tuduhan korupsi terhadap Benjamin Netanyahu.
“Netanyahu mungkin ingin memprovokasi pihak lain yang akan menyeret Barat,” katanya.
“Kemudian kita akan melihat peningkatan yang sangat serius," sambungnya.
Konten ini adalah kiriman dari Z Creators Indozone. Yuk bikin cerita dan konten serumu serta dapatkan berbagai reward menarik! Let's join Z Creators dengan klik di sini.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Al Jazeera