Sebagai respons, banyak pelaku usaha mulai beradaptasi. Beberapa ngurangin ketergantungan impor, nyari alternatif bahan baku lokal, atau mulai efisiensi di berbagai sisi.
Ada juga yang pelan-pelan nyari pasar baru atau sumber bahan dari negara lain yang lebih murah.
Dari sisi pemerintah, Bank Indonesia udah turun tangan buat stabilin rupiah. Mereka masuk ke pasar valas, obligasi, dan kontrak forward lokal.
Tujuannya supaya pergerakan rupiah nggak terlalu liar. Suku bunga juga masih ditahan di 5,75%, meski itu bisa bikin konsumsi dan investasi melambat.
Baca Juga: Begini Jurus Jitu Prabowo Tekan Dollar Amerika Jadi Rp5.000!
Pemerintah juga mulai ngumpulin para ekonom dan pelaku pasar buat bahas cara komunikasi yang lebih baik soal arah kebijakan ekonomi.
Ke depannya, situasi masih penuh tantangan, apalagi menjelang libur panjang Lebaran yang biasanya bikin permintaan valas naik.
Kalau BI terus jaga suku bunga tetap tinggi, pertumbuhan ekonomi bisa terhambat.
Dunia usaha pun berharap ada langkah-langkah yang lebih jelas dan cepat dari pemerintah supaya mereka bisa bergerak lebih tenang.
Intinya, melemahnya rupiah ini bukan cuma soal angka di pasar uang, tapi juga jadi ujian besar buat dunia usaha.
Supaya bisa bertahan, para pelaku bisnis perlu adaptif, pintar atur strategi, dan siap hadapi segala kemungkinan.
Di sisi lain, dukungan dan kejelasan dari pemerintah juga jadi kunci biar dunia usaha nggak jalan sendiri dalam menghadapi situasi yang berat ini.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Reuters