Ilustrasi nyamuk Demam Berdarah (DBD). (livescience)
INDOZONE.ID - Menghadapi musim hujan, kasus penyakit menular seperti demam berdarah dengue (DBD) cenderung meningkat signifikan. Untuk mengantisipasi hal ini, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) melalui Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P), terus aktif memberikan edukasi dan imbauan kepada masyarakat terkait pencegahan DBD.
Menurut dr. Agus Handito, SKM, M.Epid, perwakilan Pelaksana Tugas Direktur Jenderal P2P Kemenkes RI, prevalensi DBD di Indonesia masih menjadi tantangan besar.
"Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) masih menghadapi tantangan signifikan, di mana kasus DBD menunjukkan fluktuasi setiap tahunnya," ungkapnya.
Menurut data Kemenkes hingga minggu ke-42 tahun 2024, tercatat 203.921 kasus demam berdarah yang tersebar di 482 kabupaten/kota di 36 provinsi. Dari jumlah tersebut, sebanyak 1.210 kasus berujung kematian di 258 kabupaten atau kota.
Angka ini meningkat dibandingkan tahun 2023. Dimana tercatat 114.720 kasus dengan 894 kematian.
Baca Juga: Sambut Baik Kampanye Simpati Dokter Hasto & Wawan, Warga Jogja Harap Resik-Resik Sampah Dilanjutkan
Sebagai langkah pencegahan, Kemenkes menggalakkan program vaksinasi DBD dosis lengkap, dengan target ambisius mencapai nol kematian akibat demam berdarah (Zero Dengue Death) pada 2030.
Prof. Dr. dr. Soedjatmiko, SpA(K), Msi, anggota Satgas Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), menjelaskan, vaksin dengue yang telah mendapat izin BPOM efektif untuk kelompok usia 6-45 tahun, dan mampu memberikan perlindungan terhadap keempat serotipe dengue.
Berdasarkan penelitian, vaksin ini dapat menurunkan risiko penyakit hingga 84 persen.
"Individu yang pernah terinfeksi salah satu jenis virus dengue tetap memiliki risiko terkena infeksi dari jenis lainnya, dengan kemungkinan gejala yang lebih parah. Oleh karena itu, penting untuk berkonsultasi dengan dokter untuk mempertimbangkan vaksinasi demi perlindungan optimal," tutur Prof. Soedjatmiko.
Namun, vaksin DBD bukanlah jaminan perlindungan penuh. Vaksin ini tidak memberikan efektivitas 100 persen terhadap demam berdarah.
"Anak-anak yang telah menerima vaksinasi tetap berpeluang terjangkit DBD, namun gejalanya cenderung lebih ringan dibandingkan mereka yang belum divaksinasi. Yang belum divaksin berisiko sakit berat bahkan meninggal, sementara yang divaksin umumnya hanya mengalami demam ringan dan pulih lebih cepat," ujarnya.
Vaksin DBD direkomendasikan untuk anak usia 5 tahun ke atas dengan dua dosis, yang diberikan dengan jeda tiga bulan.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Kemenkes.go.id