Dia telah diidentifikasi sebagai perempuan sejak lahir dan telah berkompetisi sebagai perempuan selama enam tahun sebelum Olimpiade Paris.
Pertanyaan utama yang diangkat adalah apakah Khelif memiliki kromosom XY, yang bisa terjadi pada individu yang diidentifikasi sebagai perempuan sepanjang hidup mereka.
Isu ini pertama kali diangkat oleh Badan Tinju Internasional (IBA), yang melakukan tes gender pada Khelif pada tahun 2022.
Baca Juga: Amerika Serikat Setujui Pembelian Senjata oleh Israel Seharga 20 Miliar Dolar AS
IBA tidak pernah secara resmi merilis hasil tes tersebut, namun presiden IBA, Umar Kremlev, mengklaim bahwa Khelif terbukti memiliki kromosom XY.
Situasi ini terjadi di tengah perseteruan antara IBA dan Komite Olimpiade Internasional (IOC), yang mencabut otoritas IBA atas olahraga tinju Olimpiade pada tahun 2019.
Pertanyaan penting kini adalah apakah klaim IBA bisa dipercaya dan apakah keberadaan kromosom XY seharusnya mendiskualifikasi seseorang dari kompetisi wanita.
Perdebatan serius ini berbeda jauh dari apa yang ramai di media sosial, dan kini Khelif tampaknya mengincar para pengkritik terbesar di ranah digital.
Baca Juga: Tipu-Tipu Modus Beri Rumah-Ruko hingga Ancam Bunuh Diri, Korbannya Merugi Rp1,1 M
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Variety