INDOZONE.ID - Bupati Gunungkidul, Endah Subekti Kuntariningsih menghadiri acara Kongres Diaspora Jawa Internasional yang diselenggarakan di Kagungan Dalem Sasana Hinggil Dwi Abad, Sabtu (14/06/2025). Acara ini merupakan forum dialog antara Diaspora Jawa dengan Sri Sultan Hamengku Buwono Kaping X, yang membahas tentang melestarikan nilai-nilai luhur budaya Jawa di penjuru dunia.
KPH Wironegoro, membuka acara dengan menekankan pentingnya merawat akar budaya dalam perjalanan para diaspora Jawa.
“Hampir 15 tahun ini kami membersamai para diaspora Jawa, dan setiap dua tahun mereka datang kembali ke tanah leluhurnya. Sudah menjadi kewajiban kami untuk menanamkan nilai-nilai baik, agar perjalanan ini tak sekadar wisata, tapi juga menghidupkan potensi budaya dan pariwisata di DIY,” ujarnya.
Lebih lanjut KPH Wironegoro menyampaikan bahwa sebelum acara ini,komunitas diaspora jawa diajak berkunjung ke Gunungkidul. Ia juga menjelaskan kongres tahun ini membawa pendekatan kembali ke akar budaya.
“Selain kami ingin mengajak para diaspora mengenal identitas kultural,kami ajak diaspora ke akar rumputnya,balik ke oyote,karena itu kami ajak ke Gunungkidul. Tujuannya adalah menanamkan kembali nilai-nilai budaya jawa seperti unggah-ungguh, subo-sito, dan toto kromo," jelasnya.
Ia berharap dialog ini memberi manfaat nyata dan menguatkan komitmen sebagai diaspora Jawa untuk terus menjadi ujung tombak pelestarian kebudayaan Jawa di seluruh dunia.
Baca juga: 1000 Seniman dan 240 Juru Pelihara Cagar Budaya Jawa Timur Terima Apresiasi
Sri Sultan Hamengku Buwono X dalam dialog menyampaikan bahwa sejarah bukan sekadar masa lalu, tetapi sesuatu yang membentuk identitas, mengarahkan tujuan, dan memiliki makna bagi masa kini.
"Sejarah itu bukan hanya tentang masa lalu. Ia meninggalkan jejak yang bisa menempelkan identitas dan mengarahkan kita pada tujuan yang bermakna di masa kini," tutur Ngarsa Dalem.
Ia menjelaskan kisah diaspora Jawa merupakan bagian penting dari peradaban nusantara.
"Salah satu tinggalan sejarah yang penting untuk jagad peradaban nusantara yaitu cerita tentang diaspora jawa. Jawa migrasi ke Suriname pada tahun 1890, mereka telah menyebrang benua dan membangun kehidupan baru. Meski awalnya banyak yang bekerja sebagai buruh, mereka telah berhasil menjaga warisan budaya dan bahkan menciptakan identitas baru hasil akulturasi dengan budaya lokal," terangnya.
Demikian pula dengan migrasi ke Belanda pada tahun 1975, yang terjadi karena dinamika sosial politik dan keinginan hidup lebih baik pasca kolonial. Di kawasan Asia Tenggara seperti Malaysia dan Singapura, diaspora Jawa juga tumbuh dan terus berperan membangun masa depan keluarga mereka.
Menurut Ngarsa Dalem, hal yang patut disyukuri adalah komitmen diaspora Jawa yang tetap melestarikan budaya, kesenian, dan tradisi leluhur, di manapun mereka tinggal. Ini menjadi bukti bahwa budaya Jawa tetap hidup dan bisa lestari di luar tanah kelahirannya.
"Mengerti sejarah diaspora Jawa bukan hanya untuk bernostalgia, tapi juga menjadi jalan untuk merajut koneksi lintas generasi dan memperkuat jati diri kita sebagai orang Jawa," ungkap beliau.
Baca juga: Demi Majukan Budaya Lokal, Wabup Danang Ajak Masyakat Gunakan Kerajinan Batik Sleman
Sri Sultan juga mengapresiasi tema kongres tahun ini, Hamemayu Hayuning Bawono, sebagai panggilan jiwa untuk merawat harmoni dalam kehidupan.
Beliau mengamati bahwa komunitas diaspora Jawa kini telah membangun jaringan global, melestarikan budaya, dan menggerakkan ekonomi semua demi menjaga nilai-nilai luhur orang Jawa.
"Saya percaya, para diaspora tidak hanya datang ke tanah Jawa, tetapi juga menyentuh batin mereka sebagai orang Jawa," tuturnya.
Menutup pesannya, Ngarso Dalem mengibaratkan jaringan diaspora Jawa seperti rumpun bambu yang saling menopang,kuat, lentur, dan penuh nilai.
Dalam kesempatan yang tersebut, Bupati Gunungkidul Endah Subekti Kuntariningsih menyampaikan rasa terima kasih atas kunjungan para diaspora ke Gunungkidul dan dukungan mereka terhadap produk lokal.
“Saya sangat berterima kasih karena Gunungkidul menjadi bagian dari agenda Kongres Diaspora Jawa Internasional. Kami merasa terhormat, apalagi banyak produk UMKM kami dibeli dan diapresiasi. Semoga pertemuan ini menjadi awal kerja sama untuk memasarkan produk lokal Gunungkidul, termasuk jamu, ke kancah internasional,” ujarnya.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Keterangan Pers