INDOZONE.ID - Harapan besar membumbung tinggi ketika Timnas Indonesia U-20 bertolak ke Shenzhen, China, untuk berlaga di Piala Asia U-20 2025. Namun, kenyataan pahit harus ditelan.
Garuda Muda gagal melaju dari fase grup, terpuruk di dasar klasemen setelah menelan kekalahan dari Iran dan Uzbekistan, serta hasil imbang melawan Yaman.
Kegagalan ini memicu gelombang kekecewaan dan pertanyaan besar tentang masa depan sepak bola usia muda di Indonesia.
Kronologi dan Analisis Kegagalan
Perjalanan Timnas U-20 diwarnai kekalahan telak dari Iran (0-3) dan Uzbekistan (1-3), serta hasil imbang 0-0 melawan Yaman. Dengan hanya mengumpulkan satu poin, Garuda Muda harus mengakhiri kiprah di dasar klasemen Grup C.
Meski koleksi poinnya sama dengan Yaman, Timnas Indonesia U-20 ada di posisi lebih baik karena unggul dalam produktivitas dan selisih gol.
Yaman gagal membobol gawang lawan di tiga pertandingan sehingga selisih golnya minus 7, sedangkan Timnas Indonesia U-20 minus 5.
Meski akhirnya dapat poin, hasil ini bukan yang diharapkan dari Timnas Indonesia U-20. Lantas, apa yang terjadi dengan Timnas Indonesia U-20?
Jelajahi Luar Negeri, Hasilnya Bikin Frustasi
Kegagalan Timnas Indonesia U-20 sangat disayangkan. Sebab, persiapan untuk menyambut turnamen kelompok umur ini, sejatinya cukup panjang.
Sejak Indra Sjafri menangani Garuda Nusantara dari Desember 2023 hingga sebelum Piala Asia U-20 2025 berlangsung di Shenzhen, China, pada 12 Februari, berbagai persiapan telah dilakukan.
Timnas Indonesia U-20 sempat berlatih delapan hari di Como 1907, Italia pada 23-31 Mei 2024. Dimiliki oleh konglomerat Indonesia, membuat Dony Tri Pamungkas dan kawan-kawan berkesempatan menjajal fasilitas klub yang baru saja memastikan promosi ke Serie A 2024-2025 tersebut.
Selanjutnya, Timnas Indonesia U-20 terbang ke Prancis mengikuti Toulon Cup 2024 yang digelar pada 3-16 Juni 2024.
Setelah bermain di Piala AFF U-19 2024 di Surabaya, Timnas Indonesia U-20 terus memantapkan diri dengan mengikuti turnamen Seoul Earth On Us Cup 2024 di Korea Selatan pada 28 Agustus hingga 1 September 2024.
Baca Juga: Timnas Indonesia U-20 Gugur dari Piala Asia U-20 2025, Indra Sjafri Mohon Maaf
Selanjutnya, Garuda Nusantara bertolak ke Jepang untuk menjalani pemusatan latihan sepanjang November 2024.
Persiapan tim juga dilakukan dengan mengikuti turnamen U-20 Challenge Series 2025 pada 24-30 Januari 2025.
PelatihTimnas U-20 Indra Sjafri pun punya cukup waktu untuk memilih pemain sesuai strategi yang hendak dimainkannya. Karena itu, dia sempat percaya diri sebelum membawa timnya bertolak ke Shenzen, China.
“Pembagian grup ini kan sudah lebih dari dua bulan dan beberapa informasi tentang Iran, Uzbekistan, Yaman sudah kami dapatkan,” kata Indra Sjafri kepada wartawan di Stadion Madya, Jakarta pada Rabu, 5 Februari 2025 lalu.
Main Payah, Mental Lemah
Secara permainan, Timnas Indonesia U-20 memang kurang menonjol dalam pertandingan kontra Iran, Uzbekistan, dan Yaman.
Positioning para pemain, umpan tak terarah, hingga bola-bola panjang yang dimainkan, membuat Garuda Nusantara keteteran di lapangan hijau.
Saat kalah dari Iran dan Uzbekistan, Timnas Indonesia U-20 juga tampak kesulitan menghadapi duel udara. Bahkan, mayoritas gol ke gawang Timnas Indonesia U-20 berasal dari bola atas.
Lantas, apakah kekalahan dari Iran dan Uzbekistan karena faktor fisik dan strategi semata?
Salah satu legenda Timnas Indonesia, Zulkifli Syukur, menilai performa kurang memuaskan Timnas Indonesia U-20 lebih karena faktor mental.
Menilik persiapan yang cukup panjang, seharusnya Timnas Indonesia U-20 bisa tampil lebih baik lagi.
“Lebih pada faktor mental. Karena kalau kita bicara persiapan, tentu mencakup fisik-taktik dengan TC yang cukup panjang, tidak ada alasan jika tim ini gagal. Bahkan, saat pemilihan pemain pun, semuanya adalah pilihan pelatih,” jelas Zulkifli pada tim Indozone.
Namun dia menilai, pemahaman para pemain Timnas Indonesia U-20 terhadap taktik juga masih kurang baik.
“Terkait evaluasi, saya melihat pemahaman taktik yang kurang begitu berjalan, entah itu kurang clear atau pemain yang tidak bisa menjalankan,” sambungnya.
Pemecatan Indra Sjafri
Hasil buruk di Piala Asia U-20 2025 membuat PSSI memutuskan untuk mengakhiri kontrak kerja Indra Sjafri dari jabatannya sebagai pelatih Timnas Indonesia U-20. Keputusan ini diambil sebagai bagian dari evaluasi yang dilakukan PSSI
“Keputusan untuk melepas coach Indra diambil secara profesional. Artinya, coach Indra juga memahami dan menerima keputusan tersebut,” kata Erick di akun Instagramnya, @erickthohir, pada Minggu 23 Februari 2025.
“Secara pribadi dan organisasi, hubungan kami tetap baik. Coach Indra masih dan akan tetap menjadi bagian dari sepakbola Indonesia," tandasnya.
Sebelum pemberhentian ini, Indra Sjafri memang sudah menyatakan kesiapannya menerima konsekuensi terburuk, yaitu pemecatan.
Indra Sjafri mengungkapkan, dirinya gagal mencapai satu dari tiga target yang diberikan PSSI kepadanya. Target yang dimaksud adalah juara Piala AFF U-19 dan lolos ke Piala Asia U-20 2025, serta Piala Dunia U-20 2025.
Indra Sjafri gagal meloloskan Timnas Indonesia U-20 ke Piala Dunia U-20 2025 usai Garuda Nusantara gugur di fase grup. Tiket ke Piala Dunia U-20 2025 baru bisa didapatkan jika menjadi semifinalis Piala Asia U-20 2025.
Bagi Arung, pemecatan Indra Sjafri memang sesuatu yang harus dilakukan, karena penampilan Timnas Indonesia U-20 bak tak bertaring di Piala Asia U-20 2025.
“Inevitable. Tidak terhindarkan. Sebab, hasilnya buruk sekali,” ungkap Arung.
“Dengan segala hormat, Coach Indra tampaknya perlu jeda melatih atau ikut penyegaran karena tidak ada pembaruan dalam hal taktik atau gaya bermain. Ini penting juga untuk Coach Indra sendiri. Kita perlu mengakui prestasi Coach Indra, tetapi penampilan di Piala Asia U-20 2025 bisa dibilang jelek sekali,” tuturnya.
Siapa Pengganti Indra Sjafri di Timnas Indonesia U-20?
Erick Thohir mengatakan, saat ini PSSI belum memiliki kandidat pengganti Indra Sjafri di Timnas Indonesia U-20.
Namun tentunya, PSSI harus memilih pelatih baru yang tepat agar Garuda Nusantara lebih bertaji di pentas internasional.
Pelatih anyar itu diharapkan punya filosofi bermain yang selaras dengan Pelatih Timnas Indonesia senior, Patrick Kluivert. Bagaimanapun, muara dari para pemain muda nasional, adalah Timnas Indonesia senior.
Oleh sebab itu, keselarasan filosofi bermain dari kelompok umur hingga senior, akan memudahkan Patrick Kluivert meramu taktik dan skuad terbaik untuk Timnas Indonesia.
Perlunya Peningkatan Pembinaan Sepakbola Usia Muda
Pembinaan Usia Muda Layu, Prestasi Lesu
Menurut pengamat sepakbola Wikanto Arungbudoyo, skuad Timnas Indonesia U-20 sebenarnya punya potensi untuk berbicara lebih banyak. Karena itu, dia mengaku kecewa dengan hasil akhir yang didapatkan Garuda Nusantara.
“Sangat disayangkan, karena sebetulnya skuad ini punya potensi. Tapi, ini bisa jadi evaluasi ke depannya buat PSSI,” kata Arung kepada Indozone.
Bagi dia, kegagalan Timnas U-20 ini merupakan cerminan lemahnya pembinaan sepakbola usia muda di Indonesia.
Karena itu, dia berharap hasil negatif ini menyadarkan PSSI untuk menggalakkan pengembangan usia muda, agar makin banyak bakat-bakat muda yang terasah dalam kompetisi sesungguhnya.
“PSSI harus menyadari, pemain matang di klub, bukan TC. Harus perbanyak kompetisi di usia muda yang berjenjang dan bergulir secara berkala,” ungkap Arung.
“Dorong asprov untuk ikut terlibat di daerah-daerah. Dengan begitu, akan lebih banyak talent pool. Juga talenta dari U-17 yang akan naik kelas ini, perlu dijaga. Kalau perlu, mesti diberi menit bermain,” sambungnya.
Upaya PSSI Memupuk Bibit Muda Nasional via Kompetisi
Ketua Umum (Ketum) PSSI, Erick Thohir mengatakan, pihaknya sudah menjalankan kompetisi kelompok umur, seperti Piala Soeratin. Bahkan turnamen sepak bola wanita, Piala Pertiwi, pun telah dijalankan oleh PSSI.
"Kita jalankan (kompetisi kelompok umur). Yang selama ini belum ada kalendernya, kita lakukan," jelas Erick Thohir.
Baca Juga: PSSI Resmi Pecat Indra Sjafri Usai Timnas Indonesia U-20 Gagal Total di Piala Asia
"Tinggal yang kita mau improvisasi mulai tahun depan, untuk Pertiwi dan Soeratin, yang usianya di bawah U-17 fokus di daerah. Yang kita nasionalkan itu, U-17 ke atas," ungkapnya.
Erick memahami, kritik seperti yang disampaikan Arung terjadi karena program grassroot PSSI minim sorotan sehingga dianggap tak ada.
Padahal, dia menekankan, selama ini PSSI telah menjalankan kompetisi kelompok umur sebagai bagian dari pembinaan sepakbola usia muda.
Selain Piala Soeratin yang dikelola PSSI, ada juga kompetisi kelompok umur Elite Pro Academy (EPA) di bawah naungan PT LIB.
Erick Thohir menyatakan, bahwa ada kesepakatan perihal jadwal EPA dan Piala Soeratin supaya tidak bentrok. Sebelumnya, bentrok jadwal antara EPA dan Piala Soeratin pernah terjadi.
"Saya kira sudah ada kesepakatan, misalnya, bagaimana EPA tidak bertabrakan jadwalnya dengan Piala Soeratin. Belum ada lho selama ini," tuturnya.
"Selama ini, kadang-kadang, EPA main, Soeratin main. Nah, ini sudah ada jadwalnya," sambung Erick Thohir.
Nantinya, PSSI dan PT LIB akan berupaya agar kompetisi kelompok umur di bawah naungan masing-masing, bisa meningkat kualitasnya.
"Nah, tinggal apakah kualitas EPA, yang di bawah liga, bisa lebih baik? Apakah Soeratin lebih baik? Ya, itu sesuai tupoksi (tugas pokok fungsi) masing-masing antara PSSI dan liga," bebernya.
Menurut Zulkifli Syukur, kegagalan di Piala Asia U-20 bukan akhir untuk para pemain Timnas Indonesia U-20. Zulkifli pun punya harapan besar kepada adik-adiknya di Timnas Indonesia U-20.
Dia meminta para pemain Timnas Indonesia U-20 tidak cepat puas hanya karena sudah bermain untuk lambang garuda di dada.
Zulkifli ingin kesempatan bermain untuk timnas, dijadikan motivasi oleh Dony Tri Pamungkas dkk untuk berkembang jadi lebih baik lagi.
“Harapan saya, jangan cepat puas dengan berada di timnas, melainkan ini sebagai motivasi untuk bisa berkembang lagi, baik dalam hal meng-upgrade kemampuan maupun pemahaman soal bermain yang cerdas,” pungkas Zulkifli.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Amatan, Liputan