"Sering minum minuman manis atau minum minuman kemasan, karena minuman-minuman sekarang di Indonesia gulanya udah tinggi banget memang sudah dibuat manis," tambahnya.
Banyak masyarakat Indonesia cenderung menyepelekan gejala awal diabetes karena sering dianggap sebagai keluhan biasa. Kurangnya pemahaman tentang penyakit ini membuat banyak orang tidak segera memeriksakan diri ke tenaga medis, sehingga diabetes sering baru terdeteksi ketika sudah memasuki tahap komplikasi, seperti gangguan penglihatan, luka sulit sembuh, atau kerusakan ginjal.
Selain itu, adanya anggapan bahwa diabetes hanya menyerang orang tua atau yang "terlalu banyak makan manis" membuat kesadaran pencegahan dan deteksi dini masih sangat rendah di berbagai lapisan masyarakat.
Dokter Helen mengatakan, seringkali orang Indonesia menyalahartikan gejala diabetes. Misalnya, cepat haus, lapar dan sering buang air kecil bisa dianggap wajar di iklim tropis.
Tapi ternyata, ada tanda-tanda fisik lain yang harus diwaspadai, seperti bagian belakang leher yang menghitam, sering kesemutan, atau luka yang lama sembuh.
"Misalnya di lipatan leher bagian belakang ada hitam-hitam bukan karena kebakar matahari itu memang di lipatannya hitam itu bisa jadi sudah pertanda ada diabetes," ucapnya.
"Biasanya diabetes ini bisa menyerang dari ujung rambut sampai ke ujung kaki. Jadi kalau misalnya sudah kena dia baru ada gejalanya misalnya kena ke mata jadi lebih cepat katarak bisa buta. Atau kalau misalnya luka itu susah sembuh gampang infeksi atau misalnya kalau udah kena sistem saraf jadi gampang kesemutan kakinya," jelasnya.
Ilustrasi pencegahan diabetes. (Freepik)
Mendeteksi penyakit diabetes bisa dilakukan dengan cek gula darah puasa dan tes HbA1C. Bagi penderita diabetes, pengecekan dua kali sehari menjadi penting.
Dokter Helen juga menyarankan penderita memiliki alat cek gula darah sendiri di rumah.
"Ceknya itu sehari minimal dua kali di pagi hari dan di malam hari sebelum tidur. Jadi harusnya pasien-pasien diabetes itu punya alat cek gula darah sendiri," ujar dr. Helen.
Sedangkan dari sisi pencegahan, kunci utamanya adalah beberapa langkah yang disarankan dr. Helen.
Intermittent fasting membantu mengatur kadar gula darah dengan memberi waktu bagi tubuh untuk memproses gula secara efisien tanpa terus-menerus menerima asupan makanan.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Liputan