Minggu, 08 DESEMBER 2024 • 18:34 WIB

Rezim Assad Jatuh: Kekuasaan 13 Tahun Berakhir, Bagaimana Situasi Warga dan Suriah Selanjutnya?

Author

Presiden Suriah Bashar Al-Assad

INDOZONE.ID - Pemberontak Suriah mengumumkan bahwa mereka telah menggulingkan Presiden Bashar al-Assad setelah merebut Damaskus pada Minggu (8/12/2024), yang menandai akhir dari kekuasaan 13 tahun yang dipegang keluarga Assad.

Pengambilalihan ibu kota Suriah ini mengejutkan banyak pihak, sekaligus mengubah peta kekuatan di Timur Tengah, dengan pemberontak berhasil memukul mundur sekutu-sekutu utama Assad, yaitu Rusia dan Iran.

Setelah Damaskus jatuh, pemberontak Islam menyerbu Kedutaan Besar Iran. Di sisi lain, Komando Militer Suriah mengonfirmasi bahwa kekuasaan Assad telah berakhir, meskipun militer Suriah melanjutkan operasi melawan "kelompok teroris" di Hama, Homs, dan Deraa.

Beberapa jam setelah pengambilalihan Damaskus, Assad dilaporkan meninggalkan kota pada pagi hari dengan pesawat yang terbang menuju tujuan yang tidak diketahui.

Dua perwira senior militer mengungkapkan hal ini kepada Reuters, sementara pemberontak menyatakan mereka telah memasuki ibu kota tanpa adanya perlawanan militer berarti.

"Kami merayakan bersama rakyat Suriah berita pembebasan tawanan kami dan pelepasan rantai mereka serta pengumuman berakhirnya era ketidakadilan di penjara Sednaya," ujar pemberontak dalam sebuah pernyataan mengutip Reuters.

Baca Juga: Israel Meningkatkan Militernya di Perbatasan Suriah: Sinyal Siaga atau Perang?

Penjara Sednaya dikenal sebagai tempat penahanan ribuan orang yang disiksa oleh pemerintah Assad.

Pemberontak Suriah menyatakan bahwa kini perjuangan mereka telah memasuki tahap baru, yakni untuk membangun pemerintahan transisi dengan kekuasaan eksekutif penuh. 

"Revolusi besar Suriah telah bergeser dari perjuangan untuk menggulingkan rezim Assad menjadi perjuangan untuk membangun Suriah bersama yang sepadan dengan pengorbanan rakyatnya," tambahnya.

Seorang pria memanjat patung Sultan Pasha al-Atrash usai rezim Assad tumbang.

Ribuan warga Damaskus merayakan kemenangan ini di alun-alun utama, melambaikan tangan dan meneriakkan "Kebebasan" setelah lebih dari 50 tahun pemerintahan keluarga Assad.

Baca Juga: Han Dong-hoon: Yoon Suk Yeol Akan Nonaktif sebagai Presiden Hingga Mengundurkan Diri

Keberadaan Assad Tidak Diketahui

Keberadaan Bashar al-Assad, istrinya Asma, dan kedua anaknya masih menjadi misteri. Sebuah pesawat dari Syrian Air terbang dari bandara Damaskus tepat setelah pemberontak menguasai ibu kota.

Pesawat tersebut sempat terbang menuju pesisir Suriah, namun kemudian berbalik arah dan hilang dari radar, yang menimbulkan spekulasi bahwa Assad bisa saja berada di dalam pesawat tersebut.

Dua sumber yang mengetahui situasi tersebut mengatakan ada kemungkinan besar pesawat itu ditembak jatuh, meskipun hal ini belum dapat dipastikan.

Pasalnya, pesawat itu tiba-tiba mengubah arah dan menghilang dari peta Flightradar, yang mengindikasikan adanya kemungkinan pesawat tersebut sengaja dimatikan transpondernya.

Setelah pesawat itu meninggalkan Damaskus, tidak ada penerbangan terdeteksi menuju Moskow atau Iran—dua negara sekutu utama Assad.

Hal ini memunculkan dugaan bahwa Assad mungkin melarikan diri ke salah satu dari kedua negara tersebut, meskipun spekulasi ini belum dapat dikonfirmasi.

Kondisi Suriah Selanjutnya?

Assad berkuasa pada tahun 2000 setelah kematian ayahnya Hafez, yang memerintah negara itu selama 29 tahun - dan sangat mirip dengan putranya, dengan tangan besi.

Assad junior mewarisi struktur politik yang dikontrol ketat dan represif, di mana oposisi tidak ditoleransi.

Berakhirnya kekuasaan keluarga Assad selama lima dekade akan membentuk kembali keseimbangan kekuasaan di wilayah tersebut.

Baca Juga: Presiden Korea Selatan Minta Maaf Tanpa Mundur Setelah Kekacauan Darurat Militer

Pemimpin pemberontak Abu Mohammed al-Golani, yang kini dikenal dengan nama aslinya, Ahmed al-Sharaa, mengumumkan pembentukan otoritas transisi.

Perdana Menteri Suriah Mohammed al-Jalali telah ditunjuk sebagai pengurus lembaga negara.

Dalam sebuah pernyataan, al-Jalali menyatakan kesediaannya untuk bekerja sama dengan kepemimpinan mana pun yang dipilih oleh rakyat Suriah.

Meskipun begitu, sejarah HTS - yang berakar pada al-Qaeda - masih membayangi janji-janjinya tentang pendekatan diplomatik dan nasionalis.

Banyak skeptisisme mengenai niat jangka panjangnya dan kemampuannya untuk memerintah negara yang terpecah belah.

Berakhirnya kekuasaan Assad tidak serta merta membawa kedamaian bagi warga Suriah. 

Keterkaitan HTS dengan kelompok ekstremis di masa lalu menimbulkan kekhawatiran akan pemerintahan otoriter yang keras dengan kedok pemerintahan Islam.

Jutaan warga Suriah yang mengungsi, baik di dalam negeri maupun di luar negeri, menghadapi masa depan yang tidak pasti saat mereka menyaksikan peristiwa yang sedang berlangsung dengan harapan dan kekhawatiran.

Banner Z Creators.

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi

Sumber: Reuters