INDOZONE.ID - Pada Kamis, (24/7/2024), blok Asia Tenggara ASEAN mengadakan pertemuan di Laos untuk mencoba memajukan upaya yang terhenti dalam menyelesaikan krisis di Myanmar dan meredakan ketegangan di Laut Cina Selatan.
Pertemuan ini diadakan beberapa hari sebelum pertemuan para diplomat top dari kekuatan besar dunia. Pertemuan tersebut dihadiri oleh para menteri luar negeri dari negara-negara anggota ASEAN dan akan diikuti oleh dua pertemuan puncak pada hari Sabtu yang akan membahas isu-isu global utama.
Pertemuan ini akan dihadiri oleh pejabat dari Amerika Serikat, Uni Eropa, Jepang, Cina, Rusia, dan lainnya. Pertemuan para menteri luar negeri ASEAN diadakan pada hari Rabu, 24 Juli, dan akan diikuti oleh dua pertemuan puncak pada hari Sabtu (27/7/2024).
Pertemuan ini sendiri berlangsung di Laos. Para menteri luar negeri ASEAN akan membahas upaya yang sejauh ini belum membuahkan hasil untuk mengakhiri konflik yang melumpuhkan di Myanmar, yang telah berubah menjadi perang saudara yang menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa telah mengakibatkan 2,6 juta orang terlantar.
ASEAN juga diharapkan mendorong penyelesaian kode etik yang sudah lama tertunda dengan Beijing mengenai Laut Cina Selatan, sebuah ide yang pertama kali digagas pada tahun 2002 dan mulai dijalankan sejak tahun 2017.
Troika Indonesia, Laos, dan ketua ASEAN tahun depan, Malaysia, membahas cara untuk mengimplementasikan rencana perdamaian lima poin blok tersebut, namun tidak jelas apakah ada pendekatan baru yang disepakati.
Menteri Luar Negeri Malaysia mengatakan pandangan ditukar untuk mendorong rencana ini maju, sementara diplomat Indonesia Ngurah Swajaya mengatakan troika sepakat untuk memastikan kelanjutan dari rencana tersebut, terutama dalam memberikan bantuan kemanusiaan dan mendorong dialog nasional yang inklusif.
Baca Juga: Presiden Jokowi Tekankan Kemitraan ASEAN-Jepang dalam Infrastruktur hingga Transformasi Digital
Selain itu, ASEAN juga diharapkan mendorong penyelesaian kode etik dengan Beijing mengenai Laut Cina Selatan, di tengah konfrontasi yang terus-menerus antara Beijing dan Filipina yang didukung AS di sekitar terumbu karang yang disengketakan di dalam zona ekonomi eksklusif Manila.
Filipina akan mengusulkan pembentukan Forum Penjaga Pantai ASEAN di Laos untuk memungkinkan dialog dan penegakan hukum, sebuah rencana yang kemungkinan akan membuat China marah.
Beberapa analis keamanan meragukan bahwa teks yang mengikat atau dapat ditegakkan dapat dicapai, dengan beberapa negara ASEAN bersikeras bahwa itu harus didasarkan pada Konvensi PBB tentang Hukum Laut (UNCLOS).
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Reuters