INDOZONE.ID - Media pemerintah Korea Utara pada Rabu (12/2/2024) mengecam usulan Presiden Amerika Serikat Donald Trump untuk mengambil alih Gaza dan merelokasi warga Palestina.
Dalam pernyataannya, Korut menyebut rencana tersebut sebagai tindakan yang tidak masuk akal, serta menuduh Washington melakukan pemerasan.
Dalam laporan yang disiarkan Kantor Berita Pusat Korea (KCNA), kebijakan ini disebut sebagai pukulan telak bagi harapan rakyat Palestina, untuk mendapatkan keamanan dan perdamaian.
Baca Juga: China Menentang Usulan Trump Terkait Pengambilalihan Gaza
Meski tidak menyebut nama Trump secara langsung, KCNA menyoroti, dunia tengah bergejolak akibat pengumuman yang dianggap sebagai 'bom politik' dari AS.
Komentar ini merespons pernyataan mengejutkan dari Trump, yang berencana untuk mengusir penduduk Gaza dan mengubah wilayah yang porak-poranda, akibat perang menjadi destinasi wisata mewah yang ia sebut sebagai 'Riviera Timur Tengah'.
Selain itu, KCNA juga mengkritik pemerintahan Trump atas berbagai kebijakan kontroversial lainnya, termasuk usulan untuk mengambil alih Terusan Panama, Greenland, serta rencana mengubah nama 'Teluk Meksiko' menjadi 'Teluk Amerika'.
Baca Juga: Sejumlah Negara Arab Kecam Pernyataan Netanyahu Soal Negara Palestina di Wilayah Saudi
Dalam laporannya, KCNA menegaskan, AS harus segera meninggalkan ilusi kekuasaannya, dan berhenti mencampuri urusan serta merendahkan martabat bangsa lain.
"Amerika Serikat harus bangun dari delusinya yang ketinggalan zaman dan segera berhenti melanggar kedaulatan serta harga diri negara-negara lain," ujar laporan KCNA, seraya menyebut AS sebagai 'pemeras'.
Selama ini, Korea Utara kerap berseberangan dengan pandangan Barat dalam berbagai isu internasional, termasuk konflik di Gaza.
Pyongyang secara terbuka menyalahkan Israel atas pertumpahan darah yang terjadi di wilayah tersebut, dan menuding AS sebagai 'komplotan' dalam agresi terhadap Palestina.
Sementara itu, hubungan antara Trump dan Pemimpin Tertinggi Korea Utara, Kim Jong Un, yang sempat membaik selama pertemuan bersejarah mereka pada periode pertama kepresidenan Trump, kini tampaknya semakin merenggang.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Channelnewsasia.com