INDOZONE.ID - Perdana Menteri Jepang, Shigeru Ishiba, mengungkapkan bahwa pemerintahnya tengah mempertimbangkan kemungkinan memberikan perawatan medis bagi warga Gaza yang sakit dan terluka di Jepang.
Dalam sesi parlemen pada Senin (3/2), Ishiba menyatakan bahwa pemerintahannya sedang merancang kebijakan untuk mendukung mereka yang membutuhkan bantuan medis akibat konflik di Gaza.
"Kami sedang membahas kemungkinan memberikan perawatan bagi warga Gaza yang sakit atau terluka, termasuk membuka akses ke pendidikan bagi mereka," ujar Ishiba.
Baca Juga: PBB: Dana Tambahan Dibutuhkan untuk Capai Target Gencatan Senjata di Gaza
Saat ditanya oleh seorang anggota parlemen mengenai kemungkinan mengadaptasi skema penerimaan pengungsi Suriah tahun 2017, Ishiba menyebut bahwa pemerintah mempertimbangkan pendekatan serupa untuk Gaza.
"Kami berencana meluncurkan program sejenis, dan pemerintah akan berupaya mewujudkan rencana ini," tambahnya.
Langkah ini berbeda dari kebijakan pengungsi utama Jepang, yang selama ini sering dikritik karena rendahnya jumlah pengungsi yang diterima.
Baca Juga: Hari Pertama Gencatan Senjata Gaza, 3 Sandera Israel Dibebaskan dan 90 Tahanan Palestina Dilepaskan
Pada tahun 2023, Jepang hanya menerima 1.310 pencari perlindungan dari 13.823 pelamar, yang berarti kurang dari 10 persen dari total permohonan yang diajukan.
Di bawah skema berbeda, sejak 2017 Jepang telah menerima 82 pelajar dari Suriah yang diakui sebagai pengungsi oleh badan PBB.
Program tersebut dirancang untuk mendidik calon pemimpin masa depan Suriah sebagai bagian dari kebijakan bantuan luar negeri Jepang.
Sementara itu, Kementerian Kesehatan di Gaza yang dikelola Hamas melaporkan bahwa 50 pasien Palestina, termasuk 30 anak penderita kanker, telah melewati perbatasan Rafah menuju Mesir pada Sabtu (1/2/2025) sebagai bagian dari perjanjian gencatan senjata yang mulai berlaku sejak 19 Januari.
Direktur rumah sakit di Gaza mengatakan bahwa sekitar 6.000 pasien siap untuk dievakuasi guna mendapatkan perawatan di luar wilayah Palestina, sementara lebih dari 12.000 lainnya berada dalam kondisi kritis dan sangat membutuhkan pengobatan.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Channelnewsasia.com