INDOZONE.ID - Plt. Kepala Dinas Pertanian,Pangan dan Perikanan Kabupaten Sleman menyatakan pentingnya untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan petani dalam memahami strategi mitigasi dan adaptasi perubahan iklim di lingkungan wilayahnya, untuk menjaga produksi dan ketahanan pangan.
“Dengan terjaganya ketahanan pangan, Kabupaten Sleman dapat terhindar dari ancaman krisis pangan global sebagai akibat dari derasnya laju perubahan iklim” ungkap Ir. Suparmono, MM. ketika diwawancarai diruang Kepala Dinas Pertanian, Pangan dan Perikanan Kabupaten Sleman, Selasa (17/12/2024).
Suparmono menyebutkan bahwa sektor pertanian sangat berhubungan erat dengan keadaan cuaca dan iklim.
Dampak Perubahan Iklim (DPI) terhadap pertanian menyebabkan pergeseran musim, banjir, kekeringan, angin kencang, ledakan jumlah OPT (organisme pengganggu tanaman).
"Akibat tidak terampil mengelola DPI petani dapat mengalami penurunan produksi bahkan kerugian usaha tani," katanya.
"Bahkan kejadian iklim ekstrim menyebabkan tanaman yang puso bahkan gagal panen semakin luas," sambungnya.
Maka dari itu, menurutnya, petani sebagai pelaku utama usaha taninya harus memiliki bekal ilmu pengetahuan untuk memahami fenomena cuaca dan iklim berserta perubahannya.
"Pranoto mongso atau ilmu titen yang biasa digunakan petani, harus dikombinasikan dengan data dan teknologi untuk mengatasi DPI,” terangnya.
Lebih lanjut, menurutnya, ilmu titen dan pranata mangsa, relevan jika dalam kondisi normal. Tetapi saat ini akibat perubahan iklim sering terjadi peristiwa gangguan iklim global seperti El Nino dan La Nina sehingga cuaca/iklim saat ini sangat sulit diprediksi.
"Pranata mangsa sudah sulit untuk dipegang pakemnya karena perubahan iklim yang berhubungan dengan pemanasan global. Apalagi saat ini motto dari pertanian adalah “maju, mandiri, dan modern” perlu adanya modernsasi ilmu titen ke informasi hasil dari penelitian ahli," paparnya.
Sehingga dengan adanya teknologi, harapannya petani memanfaatkan layanan informasi cuaca dan iklim dengan baik serta mampu beradaptasi dengan situasi cuaca dan iklim kekinian.
Selain itu, Suparmono menuturkan bahwa petani dapat menyusun rencana tanam, mulai dari penyesuaian waktu tanam, jenis tanaman yang tepat dan kapan harus ditanam, kapan menunda tanam, kapan harus memanen, pengelolaan air dan berbagai hal yang perlu disiapkan agar tidak mengalami gagal panen.
“Petani perlu mengetahui juga bahwa pemanasan global dan perubahan iklim disebabkan oleh emisi Gas Rumah Kaca (GRK),” ujarnya.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Keterangan Pers