INDOZONE.ID - Setelah berkemah di kampus selama beberapa hari sejak Senin (27/5/2024) kemarin sebagai bentuk protes naikknya uang kuliah tunggal (UKT) dan uang pangkal, pada akhirnya jajaran rektorat kampus UGM menemui para mahasiswa tersebut.
Dalam pertemuannya, pihak Rektorat menjelaskan terkait kebijakan uang kuliah tunggal (UKT) dan Iuran Pengembangan Institusi (IPI) atau uang pangkal.
Kemudian ditegaskan bahwa UGM sepakat tidak menaikkan UKT namun besaran nilai UKT UGM akan kembali mengacu pada aturan besaran UKT 2023.
Adapun UKT dan IPI yang ditetapkan di UGM itu nantinya akan mengacu Indeks Kemampuan Ekonomi (IKE) yang meliputi penghasilan orang tua, jumlah tanggungan keluarga, SPT Tahunan, dan daya listrik.
Hal ini sebagaimana disampaikan langsung oleh Wakil Rektor Bidang Sumber Daya Manusia dan Keuangan UGM, Prof. Supriyadi yang mengatakan, adanya IPI atau yang tahun lalu bernama Sumbangan Solidaritas Pendidikan Unggul (SSPU) secara regulasi diizinkan untuk diterapkan.
Di UGM sendiri, SSPU diberlakukan bagi calon mahasiswa jalur seleksi mandiri pada katagori UKT Pendidikan Unggul. Malahan Supriyadi menyebut besaran yang ditarik oleh kampus lain nilainya lebih besar dari UGM.
"Kalau dilihat di beberapa perguruan tinggi yang lain menariknya itu jauh lebih besar dibandingan dengan apa yang kita kasih di universitas," kata Supriyadi kepada awak media, Kamis (30/5/2024).
Dinilainya, SSPU cukup dilakukan untuk menjaga kestabilan kontuinitas penyelenggaraan pendidikan.
"Karena memang mekanisme subsidi silang ini perlu dilakukan kampus salah satunya lewat SSPU", tegasnya.
Meskipun sudah ditemui jajaran rektorat, namun para mahasiswa nampak belum puas lantaran tidak hadirnya Rektor UGM Prof Ova Emilia dalam pertemuan.
Karenanya, salah satu mahasiswa yang hadir langsung membentangkan papan bertulis 'Bu Ova Mana?'.
Ketidakhadiran rektor UGM itu dijawab oleh Prof Supriyadi yang disebutnya masih ada tugas di luar Jogja.
"Hari ini beliau belum berada di Jogja, karena masih ada tugas lain," kata Supriyadi, Kamis (30/5/2024).
Meski begitu, tidak menutup kemungkinan apabila mereka (mahasiswa) ingin langsung berdiskusi dengan Rektor UGM langsung, dijelaskan kembali olehnya, mahasiswa bisa berkomunikasi dengan Ditmawa untuk bisa menjadwalkan pertemuan dengan Ova.
"Kalau memang ada hal penting untuk kemudian perlu dikomunikasikan dengan beliau ya bisa saja nanti adik-adik mahasiswa itu meminta melalui Ditmawa untuk bertemu dengan Bu Rektor nanti kita bantu fasilitasi," pungkasnya.
Sementara itu, Koordinator Forum Advokasi UGM 2024, Rio Putra Dewanto mengatakan dirinya bersama kawan-kawan mahasiswa lainnya masih terus memperjuangkan pendidikan calon mahasiswa. Dan aksi berkemah inilah sebagai bentuk ikhtiar perjuangannya.
"Intinya jangan sampai ada calon mahasiswa yang kesulitan ataupun sudah down duluan karena biaya pendidikan yang makin tinggi," ucap Ria kepada awak media.
Menanggapi kebijakan UKT kembali di tahun 2023, mereka masih berharap uang pangkal segera dihapus, mereka anggap memberatkan.
"Sekali lagi kami harap tentunya yang paling baik itu ya uang pangkal dihapus, tapi kita juga akan melihat dinamikanya ke depan," tandasnya.