Ilustrasi orang terdampar. (Istimewa)
Dua nelayan asal Kepulauan Solomon yakni Livae Nanjicana dan Junior Qoloni berhasil selamat dari sebuah insiden kecelakaan di laut. Keduanya berhasil bertahan hidup usai terombang-ambing di Samudra Pasifik selama 29 hari.
Rencananya, pada 3 September 2021, mereka berrniat melaut untuk mencari ikan dengan naik perahu motor kecil dari Pulau Mono, wilayah barat Kepulauan Solomon. Tujuan mereka untuk mencari ikan di kawasan Noro, dekat Pulau New Georgia, yang jaraknya 200 meter dari pelabuhan.
Namun, mereka menyimpang 400 kilometer dari tujuan awal akibat cuaca buruk. Baterai alat pelacak atau GPS mereka juga habis dan karena cuaca buruk yang intens, sehingga nelayan kehilangan cara biasa memperkirakan jarak.
“Kami menghadapi cuaca buruk yang disertai hujan lebat, awan gelap tebal, dan angin kencang dalam perjalanan – selama sekitar satu jam,” ujar Nanjikan seperti dikutip dari SIBC News, Selasa (13/10/2021).
Mereka hampir tidak bisa melihat apa pun di sekitar mereka sehingga mereka memutuskan untuk berhenti saat malam menjelang. Namun hujan lebat dan gelombang tinggi tanpa henti menghantam perahu mereka gelombang demi gelombang saat angin kencang semakin kencang dan mendorong mereka lebih jauh ke laut.
“Perkiraan waktu kami untuk mencapai daratan telah lewat, dan tanpa melihat pulau apapun, kami memutuskan untuk mematikan mesin dan tetap mengapung, kami masih memiliki sisa bahan bakar,” katanya.
Baca Juga: Dua Nelayan Langkat yang Hilang di Perairan Belawan Ditemukan Meninggal Dunia
Selepas badai, mereka terombang-ambing selama sembilan hari tanpa melihat daratan sama sekali. Nanjikana dan Qoloni bertahan hidup dengan makan bekal jeruk yang mereka bawa seadanya. Jeruk habis di hari ke-10, dan keduanya masih tidak melihat apapun kecuali air laut. Beruntung, mereka bertahan hidup selama 20 hari berikutnya mengonsumsi kelapa yang terbawa arus. Adanya kelapa terapung membuat mereka yakin sudah ada pulau di dekat perahu.
Sambil menantikan arus membawa mereka ke pulau, Nanjikana dan Qoloni melubangi kelapa pakai jangkar, untuk menampung air hujan. Keduanya juga berusaha mengarahkan perahu mereka “mengikuti arah angin”.
Insting Nanjikana dan Qoloni akhirnya terbukti di hari ke-29. Perahu mendekati daratan, dan mereka dilihat seorang nelayan di pesisir Papua Nugini yang segera menyelamatkan keduanya. Pada 2 Oktober 2021, dua nelayan malang itu dirawat di Rumah Sakit Kota Pomio, Papua Nugini, karena kurang gizi dan tidak bisa berjalan.
“Ketika kompas sudah tidak berfungsi kami berdua yakin kalau pasti tersasar jauh. Tapi tidak menyangka juga, ternyata sampai ke negara lain,” kata Nanjikana saat diwawancarai The Guardian.
Pengalaman terombang ambing di laut pasti mengerikan bagi manusia di manapun. Tapi, menurut pengakuan Nanjikana, dia lebih stres melihat situasi dunia saat ini yang terus dilanda pandemi.
“Selama di samudra, kami berdua jadi tidak tahu apa yang terjadi. Kami jadi tidak mendengar atau baca berita-berita seputar Covid,” kata Nanjikana.
“Saya pastinya kangen rumah, tapi anggap lah pengalaman terdampar tempo hari seperti liburan," sambungnya.
Saat ini, kedua nelayan tersebut sudah diselamatkan dan dibawa ke distrik Pomio, Provinsi West New Britain, Papua Nugini (PNG).
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: