Aktivitas bongkar muat angkutan logistik di pelabuhan (ANTARA/Budi Candra Setya)
Badan Pusat Statistik (BPS) pada 5 Mei 2020 lalu telah merilis pertumbuhan ekonomi (Produk Domestik Bruto) Indonesia triwulan I-2020 sebesar 2,97 persen (y-on-y). Dibandingkan triwulan IV-2019, terjadi penurunan sebesar 2,41 persen.
Berdasarkan data BPS, Supply Chain Indonesia (SCI) mencatat pertumbuhan sektor logistik (lapangan usaha transportasi dan pergudangan) pada triwulan I-2020 sebesar 1,27 persen (y-on-y). Pada semester I-2019, sektor logistik tumbuh 5,45 persen.
Dengan angka itu, sektor logistik berkontribusi terhadap PDB triwulan I-2020 sebesar 5,17 persen. Terjadi penurunan kontribusi dibandingkan triwulan I-2019 yang tercatat sebesar 5,53 persen.
Sektor logistik mencakup sub sektor pergudangan dan jasa penunjang angkutan, serta pos dan kurir. Sektor logistik juga mencakup sub sektor transportasi per moda, yaitu rel, darat, laut, udara, serta sungai, danau, dan penyeberangan.
Chairman SCI Setijadi menyatakan, pertumbuhan ekonomi di sektor logistik pada pada triwulan I-2020 terutama didorong industri pengolahan (yang tumbuh sebesar 2,06 persen y-on-y), akomodasi makan dan minum (1,95 persen), serta perdagangan (1,60 persen). Pada triwulan tersebut pertanian, kehutanan, dan perikanan hanya tumbuh sebesar 0,02 persen.
"Terjadi penurunan pertumbuhan pada sektor-sektor tersebut, baik industri pengolahan, akomodasi makan dan minum, perdagangan, serta pertanian, kehutanan, dan perikanan," ujar Setijadi di Jakarta, Selasa (12/5/2020).
Setijadi mengungkapkan, analisis SCI berdasarkan data BPS menunjukkan pada triwulan I-2020 sub sektor transportasi yang mengalami tingkat pertumbuhan tertinggi (y-on-y) adalah angkutan laut yaitu sebesar 5,93 persen, diikuti oleh angkutan darat 5,15 persen, dan angkutan sungai, danau, dan penyeberangan 1,16 persen. Pertumbuhan negatif terjadi pada angkutan rel (-6,96 persen) dan angkutan udara (-13,31 persen).
"Sementara itu, sub sektor pergudangan dan jasa penunjang angkutan, serta pos dan kurir juga mengalami pertumbuhan negatif sebesar -0,73 persen (y-on-y)," jelasnya.
Menurut Setijadi, jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (q-to-q), semua subsektor transportasi tersebut pada triwulan I-2020 mengalami pertumbuhan negatif, dengan penurunan tertinggi pada angkutan udara (-23,11 persen); diikuti angkutan rel (-14,22 persen), angkutan sungai, danau, dan penyeberangan (-4,16 persen); angkutan laut (-4,07 persen); dan angkutan darat (-0,67 persen).
"Subsektor pergudangan dan jasa penunjang angkutan, serta pos dan kurir mengalami pertumbuhan negatif q-to-q cukup besar, yaitu sebesar -10,89 persen," ungkapnya.
Setijadi menjelaskan penurunan volume sektor logistik tersebut sangat dipengaruhi dampak pandemi Covid-19 yang berimbas terhadap penurunan permintaan barang dan komoditas, maupun aktivitas industri.
Konsumsi rumah tangga yang berkontribusi terbesar dalam PDB mengalami penurunan pertumbuhan dari 5,02 persen pada triwulan I-2019 menjadi 2,84 persen pada triwulan I-2020.
Penurunan volume sektor logistik juga dipengaruhi pertumbuhan negatif ekspor dan impor Indonesia. Pertumbuhan ekspor sebesar (-6,37 persen) dan impor sebesar (-11,89 persen) (q-to-q).
"Penurunan ekspor dan impor terjadi karena industri Indonesia menjadi bagian dari global supply chain yang terdampak pandemi Covid-19. Penurunan impor yang besar itu di samping karena penurunan permintaan dalam negeri juga menunjukkan ketergantungan industri Indonesia terhadap pasokan barang modal dan bahan baku dari luar negeri," pungkasnya.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: