Kategori Berita
Media Network
Kamis, 12 SEPTEMBER 2024 • 15:23 WIB

Balada Lagu Sedih Lintas Generasi: Dinikmati Responsif Oleh Gen Z, Dilarang di Era Gen X

Keberadaan lagu-lagu sedih ini ternyata membuat pemerintah saat itu gerah. Sehingga munculah pelarangan atas lagu-lagu pop cengeng tersebut.

"Di era pemerintahan Suharto, Menteri Penerangan Harmoko pernah sampai mengeluarkan larangan utnuk ‘lagu-lagu pop cengeng’ - begitu sebutannya era itu. Karena saat itu, khususnya lagu-lagu dari rilisan label JK Records, banyak mengumbar lagu pop melankolis yang ternyata laku keras di pasaran," kata Mudya Mustamin.

Tepatnya pada perayaan ulang tahun TVRI ke-26, Harmoko mengatakan dengan tegas “Stop lagu-lagu semacam itu.” merujuk pada lagu-lagu cengeng dan keseluruhan acara pun dipenuhi dengan pertunjukkan musik yang ceria. Mulai detik itu juga TVRI dan RRI dilarang memutarkan lagu-lagu cengeng.

Harmoko menyebut Hits “Hati Yang Luka” yang dirilis tahun 1988 ciptaan Obbie Messakh dan dinyanyikan Betharia Sonata mengandung lirik yang ‘melumpuhkan semangat’, hal itu dinilai sangat kontradiktif dengan semangat pembangunan yang digaungkan pemerintah orde baru.

Baca Juga: Kritisi Indikasi Dinasti Politik Era Jokowi, BEM SI Berharap Tidak Terjadi Neo Orde Baru

TVRI sebagai corong pemerintah, dianggap punya peran kunci atas tumbuhnya semangat bekerja. Sehingga lagu-lagu itu dianggap tak layak muncul di era tersebut.

Lagu cengeng era 80-an tidak bisa disamakan dengan lagu galau era sekarang

Jika dihubungkan antaran lagu pop cengeng era Orde Baru dengan kasus ‘lagu-lagu galau’ jaman sekarang, sepertinya ada salah kaprah dalam mengartikannya, menurut pengamat musik Mudya Mustamin.

"Lagu-lagu cengeng jaman Harmoko tadi bisa dibilang memang sangat didominasi lirik yang sarat rintihan hingga penderitaan, yang antara lain mengungkap perasaan yang tertindas oleh prahara hubungan percintaan dan semacamnya. Jadi saat itu dianggap tidak memberi vibe positif atau semangat," ungkapnya.

Pengamat musik yang juga menjadi salah satu juri AMI Awards tersebut juga mengungkapkan bila lagu galau yang banyak disebut-sebut sekarang justru punya makna luas.

"Kebanyakan disebut ‘galau’ lantaran karakter musiknya yang cenderung pelan (tapi tidak mutlak melankolis), bernuansa folk / folky, lembut dan syahdu. Bahkan tidak sedikit ungkapan liriknya yang puitis. Mungkin ada juga yang bermuatan rintihan atau korban perasaan, tapi tidak diungkapkan secara vulgar," jelas saja.

Bisa dilihat dari lagu Sal Priadi 'Gala Bunga Matahari' atau lagu Bernadya "Satu Bulan" yang memang terdengar seperti lagu galau, tapi memiliki makna lebih luas.

Evolusi lagu sedih mencerminkan perubahan dalam cara kita memahami dan mengekspresikan perasaan melalui musik.

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi

Sumber: Wawancara, Analisa Redaksi

BERITA TERKAIT
BERITA TERBARU

Balada Lagu Sedih Lintas Generasi: Dinikmati Responsif Oleh Gen Z, Dilarang di Era Gen X

Link berhasil disalin!