INDOZONE.ID - Ramadan di Gaza, Palestina, tahun ini sedikit berbeda ketimbang sebelumnya. Sebab, kini telah dimulainya perjanjian gencatan senjata sementara yang menghentikan perang antara Israel dan Palestina selama hampir 15 bulan lebih.
Fatima, Al-Absi, salah seorang waga Jabaliya di Gaza mengatakan, saat ini masyarakat Gaza memang dapat merasa sedikit lega karena adanya gencatan senjata, tetapi tetap ada kekhawatiran dan ketakutan akan apa yang akan terjadi selanjutnya.
Perasaan sedih dari kehilangan hal pribadi dan kolektif, luka yang masih menganga, serta bekas luka yang tak terhitung jumlahnya pun masih sangat terasa oleh Fatima dan warga Gaza lainnya.
Sebelumnya, perang antara Israel dan Hamas yang sudah terjadi bertahun-tahun telah menghancurkan banyak kenangan dan hal yang berharga, terutama dalam momentum Ramadan bagi masyarakat Gaza, Palestina.
Fatima merupakan salah satu warga Gaza yang merasakan kesedihan itu. Ia harus kehilangan suami dan mertuanya yang terbunuh dalam perang, rumahnya rusak terbakar serta masjid tempatnya beribadah selama Ramadan sudah hancur.
Sebelum perang terjadi, Fatima mengakui bahwa bulan suci Ramadan adalah waktu yang penuh untuk melaksanakan ibadah, pertemuan sosial, dan momen keceriaan lainnya.
Baca Juga: Israel Setuju dengan Rencana Gencatan Senjata Sementara dari AS di Gaza
Bersama suaminya, Fatima biasa berbelanja untuk Ramadan, mengunjungi kerabat, dan pergi ke masjid untuk beribadah. Namun, perang antara Israel dan Hamas telah menghancurkan kebahagiaan itu.
"Semuanya telah berubah, Tidak ada suami, tidak ada rumah, tidak ada makanan yang layak, tidak ada rumah ibadah, dan tidak ada kehidupan yang layak," kata Al-Absi, dilansir dari AP News, Senin (3/3/2025).
Dikabarkan, Israel menghentikan semua bantuan dan pasokan lainnya ke Gaza pada Minggu, 2 Maret 2025, untuk menekan Hamas agar menerima proposal baru yang memperpanjang fase pertama gencatan senjata.
Hamas menuduh Israel berusaha menggagalkan perjanjian gencatan senjata yang ada, tetapi kedua belah pihak belum menyatakan gencatan senjata berakhir.
"Kami takut karena tidak ada stabilitas," kata Fatima kembali.
Fatima menyatakan, bahwa dia selalu berdoa agar perang segera berakhir karena dia tidak lagi sanggup menanggung lebih banyak kehilangan.
Meskipun Ramadan masih jauh dari kata normal, beberapa warga Gaza mengatakan, bahwa dalam beberapa hal, Ramadan tahun ini masih terasa jauh lebih baik. Hal itu diungkapkan warga Gaza lainnya, Amal Abu Sariyah.
"Ya, negara ini hancur dan situasinya sangat buruk, tetapi perasaan bahwa pemboman dan pembunuhan telah berhenti, membuatku merasa bahwa tahun ini lebih baik dari tahun lalu," ungkap Amal.
Sebelumnya, Amal mengatakan, bahwa Ramadan tahun lalu berlalu sangat buruk bagi rakyat Palestina karena diliputi perang dan pengungsian.
Baca Juga: Tolak Rencana 'Riviera Gaza' Trump, Negara-Negara Arab Susun Strategi
Ramadan 2024 di Gaza dimulai dengan pembicaraan gencatan senjata yang masih menemui jalan buntu, kelaparan yang semakin memburuk di seluruh Jalur Gaza, dan tidak ada tanda-tanda bahwa perang akan segera berakhir.
Sementara itu, saat warga Palestina di Gaza bersiap menyambut Ramadan, mereka berbelanja kebutuhan rumah tangga dan makanan pokok.
Beberapa mengeluhkan kondisi kehidupan yang sulit dan kesulitan ekonomi, tetapi mereka juga mengatakan bahwa mereka bergantung pada iman mereka kepada Tuhan untuk mencukupi kebutuhan mereka.
"Aku dulu bisa membantu orang lain, hari ini, aku bahkan tidak bisa membantu diriku sendiri. Situasiku dulu, alhamdulillah, lebih baik dan aku tidak kekurangan apa pun. Kami meminta Tuhan untuk selalu bersama kami." kata Nasser Shoueikh.
Di tempat lain, di Jalur Gaza, Fatima Barbakh, dari Kota Khan Younis di selatan, mengatakan belanja Ramadannya tahun ini hanya terbatas pada kebutuhan pokok.
"Kami tidak bisa membeli lentera atau dekorasi seperti yang biasa kami lakukan setiap Ramadan," katanya.
Di bawah gencatan senjata, ratusan ribu warga Palestina kembali ke Gaza Utara. Meskipun lega dan bahagia karena dapat kembali ke rumah, mereka tetap harus berjuang untuk hidup di tengah kehancuran situasi, terutama di Bulan Ramadan ini.
Penulis: Sekar Andini Wibisono Putri
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: AP News