Kategori Berita
Media Network
Rabu, 03 APRIL 2024 • 14:30 WIB

Agresi Militer Israel di Gaza Masih Berlangsung, Picu Demo Besar Tuntut Netanyahu Turun

Demonstrasi warga Israel menuntut PM Netanyahu mundur

INDOZONE.ID - Sebuah demonstrasi besar terjadi di Yerusalem pada hari Minggu, melibatkan sekitar 10 ribu orang yang memprotes pemerintahan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu.

Menurut laporan Reuters, para demonstran menuntut pemerintah untuk bertanggung jawab atas kematian 600 tentara dalam serangan terbaru Israel ke Palestina, jumlah korban tertinggi dalam beberapa tahun terakhir.

Di tengah-tengah demonstrasi, para pengunjuk rasa mengibarkan bendera Israel berwarna biru dan putih, menyerukan “Pemilu sekarang” dan mendesak Netanyahu untuk mengundurkan diri.

Dalam sebuah konferensi pers di Yerusalem, Netanyahu menyatakan bahwa pemilihan umum di tengah situasi perang akan menyebabkan kelumpuhan negara selama berbulan-bulan, namun ia percaya bahwa Israel berada di ambang kemenangan.

The Guardian melaporkan bahwa demonstrasi ini dipicu oleh beberapa faktor, termasuk penahanan warga Israel di Gaza selama hampir enam bulan.

Pengunjuk rasa mendesak agar tahanan dibebaskan dan mengecam Netanyahu mundur dari jabatan karena dianggap sebagai “hambatan bagi kesepakatan".

Lanjut dalam wawancara The Guardian, Shira Albag, ibu dari salah satu sandera, Liri Albag, menyatakan, “Orang-orang Israel tidak akan melupakan atau memaafkan siapa pun yang menghalangi kesepakatan yang akan membawa mereka kembali kepada kami.”

Raz Ben-Ami, mantan tawanan yang telah dibebaskan, menekankan bahwa para sandera tidak akan mampu bertahan di Gaza.

Baca Juga: Gunung Merapi Luncurkan Awan Panas Sejauh 1,7 KM, BPPTKG Imbau Warga Jauhi Daerah Rawan

Para pengunjuk rasa mendesak pemerintah agar menyetujui perjanjian damai yang akan mencakup pembebasan tahanan Israel yang saat ini ditahan oleh Hamas di Gaza.

Einav Moses, seorang demonstran dan keluarga tawanan, mengkritik pemerintah karena tidak berencana untuk menyelamatkan para sandera.

Selain itu, The Guardian juga melaporkan adanya ketegangan internal dalam koalisi pemerintah terkait isu pengecualian untuk pria ultra-Ortodoks dari wajib militer, yang memicu gelombang protes massal di berbagai kota di seluruh Israel.

Para peserta aksi meminta distribusi yang lebih setara terkait kewajiban layanan militer yang berlaku bagi mayoritas penduduk negara tersebut.

Israel Masih Melancarkan Serangan

Dalam perkembangan terbaru yang dikutip dari China Military, Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, mengumumkan persiapan militer untuk melancarkan serangan ke Rafah, kota paling selatan di Jalur Gaza, pada Minggu (30/3/2024).

Kota Rafah, yang telah menjadi tempat perlindungan bagi lebih dari satu juta warga Palestina yang mengungsi, kini menghadapi ancaman serangan darat yang telah disetujui oleh Netanyahu pada awal Maret.

Militer Israel dilaporkan sedang bersiap untuk mengevakuasi penduduk sebelum memulai serangan tersebut, dengan tujuan utama adalah mengeliminasi batalion Hamas yang beroperasi di Rafah.

Baca Juga: Psikolog Ungkap Kondisi Terbaru Korban Pencabulan Anak oleh Ayahnya Sendiri

Di sisi lain, di Gaza utara, pasukan Israel dilaporkan melanjutkan serangan mereka terhadap Rumah Sakit Al-Shifa, yang merupakan pusat medis terbesar di wilayah tersebut sebelum konflik.

Netanyahu menyatakan bahwa dalam serangan terbaru tersebut, setidaknya 200 militan telah terbunuh di kompleks medis Rumah Sakit Al-Shifa. Pada sore hari yang sama, delegasi pejabat keamanan Israel berangkat ke Kairo untuk melakukan putaran pembicaraan baru dengan para perunding.

Selain itu, serangan udara yang dilakukan oleh Israel turut mengincar markas besar Jihad Islam serta para pejuang yang berada di area Rumah Sakit Al-Aqsa, yang terletak di tengah Jalur Gaza.

Meskipun pernyataan militer Israel tidak menyebutkan nama-nama militan yang ditargetkan, serangan tersebut diketahui telah mengenai tenda yang menampung jurnalis dan warga yang terlantar di kompleks rumah sakit, mengakibatkan empat orang tewas dan 17 lainnya luka-luka, termasuk dua wartawan.

Kementerian Kesehatan di Gaza melaporkan bahwa serangan Israel di Gaza telah menewaskan sedikitnya 77 warga Palestina dan melukai 108 lainnya.

Sejak Oktober 2023, serangan Israel terhadap Hamas telah memakan korban warga Palestina mencapai 32.782 orang, dengan 75.298 lainnya terluka.

Sementara itu, Israel telah kehilangan 1.139 warganya akibat serangan mendadak Hamas, dengan sekitar 100 orang masih disandera di Gaza.

Writer: Ananda F.L


Konten ini adalah kiriman dari Z Creators Indozone. Yuk bikin cerita dan konten serumu serta dapatkan berbagai reward menarik! Let's join Z Creators dengan klik di sini.

Z Creators

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi

Sumber: The Guardian

BERITA TERKAIT
BERITA TERBARU

Agresi Militer Israel di Gaza Masih Berlangsung, Picu Demo Besar Tuntut Netanyahu Turun

Link berhasil disalin!