INDOZONE.ID - Badan Bantuan dan Pekerjaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNRWA) menghadapi tantangan serius karena diperkirakan akan kehilangan dana sebesar 65 juta USD (Rp1,02 triliun) pada akhir Februari ini, menurut dokumen akuntansi internal yang diperoleh oleh The New York Times.
UNRWA, yang memainkan peran vital dalam menangani krisis kemanusiaan di Gaza, kini menghadapi krisis pendanaan yang berpotensi menghambat operasinya.
Tindakan penangguhan sumbangan dari setidaknya 18 negara atau lembaga, termasuk beberapa pendonor terbesar UNRWA, telah memicu kekhawatiran akan keberlanjutan operasi badan tersebut.
Penangguhan ini dilakukan setelah munculnya tuduhan bahwa beberapa karyawan UNRWA turut serta dalam serangan yang dipimpin oleh Hamas terhadap Israel pada Oktober lalu.
Baca Juga: Netizen Soroti Prabowo yang Tolak Jawab Pertanyaan Wartawan usai Debat Kelima Pilpres 2024
Beberapa negara telah memutuskan untuk menunda pembayaran sumbangan mereka, sementara beberapa lainnya tidak akan melakukan pembayaran hingga beberapa bulan ke depan.
Misalnya, Amerika Serikat (AS), yang telah membayar sebagian dari sumbangannya pada bulan Januari, tidak dijadwalkan untuk membayar sisa jumlahnya hingga bulan Mei.
Namun, keputusan Finlandia untuk tidak melakukan pembayaran sebesar 5,4 juta USD, pada bulan Januari dan rencana tiga negara lainnya — Jerman, Jepang, dan Swedia — untuk melewatkan pembayaran sepanjang bulan Februari akan meninggalkan celah keuangan yang signifikan bagi UNRWA.
Dengan kurangnya cadangan, UNRWA dinilai akan kesulitan untuk membayar gaji 30.000 pekerjanya di seluruh Timur Tengah, termasuk 13.000 di antaranya di Gaza.
Baca Juga: Mahfud MD Ungkap Ada Rektor yang Ditekan dan Dipaksa Dukung Jokowi
Sementara itu, UNRWA telah menerima sejumlah sumbangan swasta dan individu untuk mengisi kekosongan pendanaan.
Namun, meskipun sumbangan tersebut membantu untuk sementara waktu, mereka tidak akan cukup untuk menutupi defisit anggaran badan tersebut, yang mencapai lebih dari 1,5 miliar USD per tahun.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: New York Times