Kategori Berita
Media Network
Selasa, 09 JANUARI 2024 • 14:05 WIB

Rencana Israel Perang dengan Hizbullah Bikin AS Ketar-ketir, Khawatir Tel Aviv Bakal Kalah

Tentara Israel

INDOZONE.ID - Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dalam beberapa hari terakhir telah mengisyaratkan bahwa ia berencana melancarkan perang terhadap Hizbullah di perbatasan utara Israel.

Namun, isyarat ini membuat Amerika Serikat khawatir, karena jika perang dengan kelompok militan dari Iran ini terjadi, potensi Tel Aviv kalah akan semakin besar, belum lagi AS juga terpaksa ikut serta.

Laporan media AS pun menyorot potensi perluasan eskalasi konflik, ketika Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken tiba di Timur Tengah untuk bertemu dengan para pemimpin di wilayah tersebut, akhir pekan kemarin.

Baca Juga: Serangan Israel dengan Bom Fosfor di Lebanon Menyulut Kecaman Internasional

Para pejabat AS khawatir bahwa Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mungkin melihat perluasan perlawanan di Lebanon sebagai kunci bagi kelangsungan politiknya di tengah kritik dalam negeri atas kegagalan pemerintahnya mencegah serangan Hamas pada 7 Oktober,” demikian bunyi sebuah laporan media AS, dikutip Sputnik Globe, Selasa (9/1).

Karena kekhawatiran itu, Presiden AS Joe Biden pun telah berbicara dengan Netanyahu secara pribadi dan memperingatkan Israel terhadap eskalasi yang signifikan di Lebanon.

Hal ini karena Israel hanya memiliki kekuatan militer dalam jumlah kecil selama masa damai, dengan sebagian besar mengandalkan pasukan cadangan ketika konflik muncul. Meski begitu, konflik di Gaza telah memakan banyak korban jiwa dan sumber daya perang Tel Aviv.

Baca Juga: Israel Serang Lebanon, Komandan Hizbullah Tewas

Sejak Hamas menyerang Tel Aviv pada awal Oktober lalu, Netanyahu berjanji untuk menghancurkan kelompok militan tersebut. Namun, pada kenyataannya setelah hampir empat bulan konflik di Palestina berlangsung, Hamas dan kelompok pejuang di Palestina tetap kuat.

Kini, para analis AS yakin Netanyahu tergoda untuk membuka front kedua, dengan melawan kelompok Hizbullah di Lebanon. Sebuah langkah yang mereka khawatirkan dapat menyeret Iran ke dalam konflik dan memaksa Amerika Serikat untuk ikut serta.

Jika menengok ke belakang, Israel dianggap kalah perang dengan Hizbullah pada 2006 silam.  Kini para analis mengatakan Hizbullah bahkan menjadi lebih kuat. Kunci dari kekuatan kelompok ini adalah perluasan persenjataan mereka pada tahun-tahun sejak konflik tersebut.

Baca Juga: Presiden Jokowi Resmikan Jembatan Cisadane A dan B, Sebut Ada 37 Jembatan di Indonesia yang Umurnya Lebih dari 40 Tahun

Hizbullah, dengan perluasan persenjataannya, diyakini memiliki lebih dari 100.000 roket, termasuk jenis yang dapat diarahkan dengan presisi, yang mampu mengenai tank, kapal, dan pesawat terbang. Roket-roket tersebut termasuk roket Raad, Fajr, dan Zilzal. Selain itu, kelompok ini juga memiliki rudal asal China dan Rusia.

Keahlian dalam perang drone juga menjadi elemen penting dalam strategi Hizbullah, yang dapat mengancam sistem pertahanan Israel.

Kelompok militan ini mampu merakit model Ayoub dan Mersad secara lokal untuk melakukan pengintaian atau mengirimkan muatan peledak kecil. Pesawat tak berawak yang mudah diproduksi itu bisa digunakan untuk menguras sistem pertahanan Iron Dome Israel.

Baca Juga: Kasus Flu dan Covid Kembali Meningkat di Eropa, Pemerintah Terapkan Aturan Pakai Masker

Para ahli mengatakan hanya sedikit kelompok non-negara yang memiliki kemampuan pasukan seperti Hizbullah. Pasukan yang dimilikinya adalah 100.000 pejuang, banyak di antara mereka yang memiliki pengalaman tempur di Suriah.

Di sisi lain, dukungan Barat terhadap Israel telah lama memberikan Tel Aviv bantuan besar. Namun, bantuan kepada rezim Kiev di Ukraina telah menguras sebagian besar persenjataan AS.

Selain itu, Presiden AS Joe Biden juga tengah menghadapi tekanan yang semakin besar atas klaim masyarakat dunia, termasuk AS terkait pembunuhan massal warga sipil di Gaza yang dilakukan Israel.

Baca Juga: Dinamika Atmosfer Sebabkan Cuaca Ekstrem, Simak Wilayah yang Berpotensi Alami Hujan Lebat

Di mana klaim ini secara politis dapat mempersulit posisi Biden di mata penduduk AS, sehingga mengancam kelanjutan dukungan Amerika terhadap Israel.

Apalagi, jika Netanyahu melancarkan serangan di Lebanon minggu ini, hal itu akan terjadi saat Mahkamah Internasional menyidangkan tuduhan genosida yang diajukan oleh Afrika Selatan di Den Haag, Belanda.

Tuduhan Afrika Selatan muncul setelah Gereja Anglikan Afrika Selatan baru-baru ini mengadopsi resolusi yang menganggap Israel sebagai ‘negara apartheid’.

Writer: Ananda Fachreza Lubis


Konten ini adalah kiriman dari Z Creators Indozone. Yuk bikin cerita dan konten serumu serta dapatkan berbagai reward menarik! Let's join Z Creators dengan klik di sini.

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi

Sumber: Sputnik

BERITA TERKAIT
BERITA TERBARU

Rencana Israel Perang dengan Hizbullah Bikin AS Ketar-ketir, Khawatir Tel Aviv Bakal Kalah

Link berhasil disalin!