Fakta Unik Velasco Ibarra, Presiden Ekuador yang dikudeta 5 Kali Selama 13 Tahun Masa Jabatannya
INDOZONE.ID - Jose Maria Velasco Ibarra adalah seorang politikus sekaligus mantan Presiden Ekuador kelahiran Quito, Ekuador pada 19 Maret 1893.
Velasco adalah putra dari pasangan Della Ibarra dan Alejandrino Velasco. Ayahnya adalah seorang teknisi sipil yang merangkap sebagai aktivis partai konservatif Ekuador saat itu.
Awalnya, Velasco mengenyam pendidikan bersama Ibunya di rumah lewat pendidikan home schooling.
Sampai memasuki usia SMA, Velasco baru mengenyam pendidikan resmi di Colegio San Gabriel High School.
Bersamaan dengan itu, Velasco harus kehilangan sang Ayah yang telah meninggal dunia. Lulus SMA, Velasco meraih gelar Doktor di Central University of Ecuador.
Baca Juga: Dubes Iran Tegaskan Serangan Militer Terhadap Israel Bentuk Tindakan Bela Diri
Sebelum memulai karier politiknya, Velasco sempat bekerja sebagai penulis buku dan artikel di media cetak lokal bernama El Comercio. Salah satu buku yang pernah dia tulis berjudul Conciencia y Barbarie.
Kemudian, Velasco bekerja di Pemerintahan Kota Quito. Singkat cerita pada tahun 1932, Velasco memulai karier politiknya di pemerintahan negara dengan menjabat sebagai anggota legislatif.
Karier Kepresidenan
Usai mendapat perolehan suara sebanyak 80% pada Pemilu Ekuador 1933, Velasco resmi terpilih sebagai calon Presiden Ekuador saat itu. Dirinya resmi dilantik menjadi Presiden pada 1 September 1934.
Baca Juga: Terjun Bebas! Harga Kripto, Emas, dan Perak Anjlok Akibat Serangan Iran ke Israel
Tapi, dia dilengserkan oleh kudeta militer pada 21 Agustus 1935. Padahal, selama masa jabatannya, Velasco sudah berusaha untuk memulihkan nama baik Ekuador yang sempat terpuruk, karena kepemimpinan diktator sebelum masa jabatannya berlangsung.
Akibat kudeta tersebut, Velasco diasingkan ke Kolombia. Selama di sana, dia mengajar di Santander School, Sevilla, sebuah sekolah yang dicap sebagai sekolah terbaik di Kolombia.
Usai masa pengasingannya berakhir, Velasco pindah ke Buenos Aires, Argentina untuk mengajar sebagai profesor di salah satu universitas di sana.
Di tahun 1940, Velasco kembali mencalonkan diri sebagai Presiden pada Pemilu tahun 1940. Hanya saja, saat itu ia kalah dari lawannya, Carlos Arroyo del Rio yang merupakan anggota Partai Liberal Radikal.
Baca Juga: Viral Satpam Evakuasi Bocah Terjatuh di Celah Peron KRL Stasiun Manggarai
Fun fact, pada saat Pemilu Ekuador 1940 silam, masyarakat Ekuador lebih mengenal Velasco ketimbang Carlos. Atas kemenangan yang diperolehnya, Carlos sampai dituduh sebagai penipu saat Pemilu berlangsung.
Sempat ada rencana untuk melakukan kudeta saat Carlos menjabat sebagai Presiden, yang tentunya merupakan ide dari Velasco bersama pasukan militer dari Angkatan Udara Salinas. Akan tetapi, kudeta tersebut batal karena Velasco harus dihukum dan diasingkan kembali.
Velasco kembali menjabat sebagai Presiden Ekuador pada 1 Juni 1944. Saat itu, Ekuador tengah berjuang menghadapi krisis, mulai dari kalah perang melawan Peru, perang politik antara partai konservatif dan liberal sampai inflasi mata uang.
Untuk mengatasi hal tersebut, Velasco menyerukan gerakan "Revolusi Mulia" atau "Glorious Revolution", sebuah gerakan yang bermaksud untuk mengatasi oligarki pemerintah yang korup dan egois, juga menyebarkan kualitas moral yang positif di badan pemerintahan.
Di satu sisi, gerakan ini mendapat respons yang positif dari kubu politik sayap kiri dan kanan.
Tapi di sisi lain, ada saja lawan politik Velasco yang tidak suka dengan gerakan yang dibuat olehnya, hingga akhirnya Velasco kembali digulingkan oleh kudeta militer pada 23 Agustus 1947.
Pelaku dibalik kudeta kali ini ternyata datang dari Menteri Pertahanannya sendiri, yaitu Carlos Mancheno Cajas.
Tanggal 1 September 1952, Velasco kembali menjabat sebagai Presiden untuk ketiga kalinya.
Di tahun ketiganya, Velasco memfokuskan masa jabatannya ini untuk membangun negeri. Beliau sukses membangun sekitar 400 sekolah dan 2.400 KM jalanan kota.
Tidak hanya itu, berbagai infrastruktur seperti Rumah Sakit, jembatan, saluran irigasi, bandara sampai jalan tol juga dibangun semasa dirinya menjabat. Lagi-lagi, masa jabatannya harus berakhir gara-gara kudeta militer di tanggal 31 Agustus 1956.
Baca Juga: Israel Klaim Berhasil Hadang 99% dari 300 Drone yang Diluncurkan Iran
Lalu pada 1 September 1960, tahun keempat Velasco sebagai Presiden Ekuador dimulai. Namun, masa jabatannya kali ini memiliki durasi yang hampir sama dengan tahun pertamanya sebagai Presiden.
Velasco berupaya untuk melonggarkan perjanjian batas wilayah antara Peru dan Ekuador yang sudah diresmikan dalam Protokol Rio de Janeiro.
Ini adalah sebuah blunder fatal yang dilakukan oleh Velasco, pasalnya upaya tersebut malah memicu perang besar antara Peru dan Ekuador pada tahun 1981 dan 1995. Akibatnya, Velasco harus dikudeta lagi pada 7 November 1961.
Terakhir pada 1 September 1968, Velasco menjabat sebagai Presiden Ekuador untuk yang kelima sekaligus yang terakhir. Di saat ini pula Velasco dilengserkan dari jabatannya lewat kudeta militer untuk yang terakhir kalinya.
Baca Juga: Netanyahu Telepon Biden Usai Israel Jadi Target Serangan, AS Tolak Terlibat Perang dengan Iran
Sebagai dalang dari kudeta tersebut, Jenderal Militer Ekuador saat itu, Guillermo Rodriguez Lara naik jadi Presiden Ekuador. Untuk kudetanya sendiri terjadi di tanggal 15 Februari 1972.
Secara keseluruhan, Velasco menjabat sebagai Presiden Ekuador selama 13 tahun, sekaligus menjadikannya sebagai Presiden dengan masa jabatan terlama di Ekuador.
Berpolitik dengan Paham Populisme
Menurut KBBI, populisme adalah sebuah paham yang mengakui dan menjunjung tinggi hak, kearifan dan keutamaan rakyat kecil. Para tokoh politik dunia yang menganut paham ini akan lebih pro rakyat atau bisa dibilang sebagai tokoh yang lebih mendengar suara rakyatnya.
Tentunya sosok pemimpin seperti itulah yang sangat didambakan oleh masyarakat di suatu negara, sehingga kesejahteraan rakyat pun bisa terjamin.
Sayangnya, bagi lawan politiknya, tokoh seperti itulah yang kerap jadi sasaran empuk untuk digulingkan dari masa jabatannya. Begitupun dengan Velasco.
Baca Juga: Cegat Serangan Rudal dan Drone Iran, Israel Kehilangan Rp21 Triliuan dalam Semalam
Sepanjang masa jabatannya, Velasco adalah salah satu Presiden yang disukai oleh rakyat Ekuador. Itu adalah salah satu penyebab bagaimana dirinya bisa naik-turun jabatan sebagai Presiden sebanyak 5 kali.
Tidak hanya dekat dengan rakyat, Velasco juga adalah seorang yang cerdas. Terbukti dari pekerjaan sampingannya sebagai Guru dan Profesor saat diasingkan di Kolombia.
Di satu sisi, Velasco juga berhasil melakukan pembangunan infrastruktur dan mengatasi krisis yang tengah melanda Ekuador. Tapi di sisi lain, kebijakannya dalam melonggarkan perjanjian wilayah membuat Ekuador sempat menderita akibat 2 perang besar melawan Peru.
Saat Terakhir Sang Presiden
Akhir kisah sang Presiden diawali dengan meninggalnya sang Istri, Corina Parral de Velasco Ibarra. Kematiannya bisa dibilang cukup tragis, karena Corina meninggal usai terjatuh dari Bus di kota Buenos Aires.
Kepergian sang Istri membuat Velasco merasa sangat terpuruk. Dia sempat berkata kalau dirinya akan menghabiskan sisa hidupnya di Ekuador sambil menenangkan diri.
Ucapannya ini terbukti benar, karena semenjak masa pensiunnya sebagai Presiden, Velasco memilih untuk menetap di kampung halamannya, yakni Quito, Ekuador. Pada 30 Maret 1979, Velasco Ibarra telah menghembuskan nafas terakhirnya.
Writer: Ananda F.L
Konten ini adalah kiriman dari Z Creators Indozone. Yuk bikin cerita dan konten serumu serta dapatkan berbagai reward menarik! Let's join Z Creators dengan klik di sini.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Wikipedia