Penelitian menunjukkan bahwa tingginya tingkat utang dari pinjol dapat mengurangi kemampuan masyarakat untuk berkontribusi pada ekonomi karena sebagian besar
pendapatan mereka dialokasikan untuk membayar utang.
Pertumbuhan pinjol juga dapat memperlebar kesenjangan ekonomi di
Indonesia.
Meskipun banyak yang mendapat manfaat dari pinjol, beberapa kelompok masyarakat, terutama karyawan dengan penghasilan rendah, semakin tertekan oleh beban utang yang terus menumpuk.
Kesenjangan ini muncul karena pinjaman online sering kali tidak disertai dengan
edukasi keuangan yang memadai, sehingga peminjam tidak memiliki pengetahuan yang cukup tentang cara mengelola utang dengan bijak.
Baca Juga: Kasus Penjualan Rekening buat Judol di Jakbar, Pelaku Sasar Warga Ekonomi Bawah
Jika tidak dikelola dengan baik, utang dari pinjaman online bisa berdampak buruk bagi ekonomi nasional.
Dalam jangka panjang, semakin banyaknya masyarakat yang terjerat utang dapat mengurangi kemampuan ekonomi untuk tumbuh.
Daya beli yang menurun akibat pembayaran utang yang besar akan menekan sektor konsumsi, salah satu pilar penting dalam perekonomian Indonesia.
Untuk memitigasi dampak negatif dari pinjol, pemerintah perlu menerapkan regulasi yang lebih ketat terhadap praktik pinjaman online.
Selain itu, edukasi keuangan bagi masyarakat sangat penting agar mereka dapat memahami risiko yang terkait dengan pinjaman online dan mengelola utang dengan bijak.
Regulasi yang baik akan memastikan bahwa pinjol tetap bisa menjadi solusi keuangan yang bermanfaat, tanpa membebani masyarakat dengan bunga tinggi dan praktik penagihan yang merugikan.
Pertumbuhan pinjaman online di Indonesia membawa dampak ekonomi yang bervariasi.
Meskipun pinjol dapat meningkatkan inklusi keuangan dan mendukung konsumsi, risiko utang berlebihan dan ketimpangan ekonomi juga menjadi ancaman yang perlu ditangani dengan serius.
Regulasi yang tepat dan edukasi keuangan yang luas akan membantu meminimalkan dampak negatif dan memaksimalkan manfaat dari pinjol untuk pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Jurnal UNISAI