Museum yang Menjelaskan “Apa Jadinya Dunia Tanpa Nikel”
Museum nikel yang ada di kawasan PT.IMIP, Morowali, Sulawesi Tengah. Bergeser dari pabrik, PT IMIP kemudian mengantarkan untuk mengunjungi Museum Nikel yang dikelola oleh salah satu perusahaan di kawasan tersebut.
Kunjung tersebut dibuka dengan pemaparan melalui video presentasi yang menjelaskan “Apa Jadinya Dunia Tanpa Nikel”.
Dalam museum tersebut dipamerkan mulai dari bahan mentah nikel hingga produk yang trlah dihasilkan seperti baterai untuk mobil listrik.
Ada pula peta yang mununjukan negara dan wilayah mana saja yang punya sumber daya alam nikel yang melimpah, salah satunya Indonesia, terkhusus Sulawesi yang hampir setiap provinsi punya sumber daya alam tersebut. Biji nikel laterit yang dipamerkan di museum nikel PT. IMIP, Morowali, Sulawesi Tengah.
Tentunya ini menjadi sebuah berkah bagi daerah-daerah seperti Morowali yang punya potensi tersebut, namun di sisi lain adanya “ancaman” juga nyata khususnya masalah limbah jika tidak dikelola dengan baik dengan mengedepankan kelestarian lingkungan.
Baca Juga: Kemnaker Dalami Penyebab Ledakan Tungku Smelter di Morowali
“Kita di sini limbahnya kita daur ulang lagi untuk digunakan. Kayak air, yang keluar kemudian air itu lagi yang akan kita pakai setelah diproses. Limbah yang berbentuk pasir juga kita buat jadi batako,” ungkap Hamid.
Kelayakan Makanan untuk Puluhan Ribu Orang
Suasana dalam dapur PT. IMIP saat sedang menyiapkan makanan untuk pekerja.
Beranjak dari Museum dan setelah mengelilingi beberapa tenant, keesokan harinya tepatnya pada Kamis (18/1/2024), PT IMIP mengajak untuk melihat langsung dapur mereka yang menyediakan makanan untuk seluruh karyawan yang ada di kawasan tersebut.
Sebelumnya, Indozone mendengar kabar dari beberapa karyawan di sana yang mengeluhkan konsumsi atau makanan yang disediakan, mulai dari jenis menunya yang monoton, rasanya yang hambar hingga beberapa ditemukan ulat dalamnya.
"Kita alhamdulillah dapat makanan di sini, hanya itu saja soal menunya yang itu-itu saja. Kalau bukan nasi-sayur-ikan, ya paling diganti ayam atau daging. Untuk lauknya masih lumayan ada rasanya, tapi sayurnya hambar sekali," ujar salah satu karyawan yang enggan menyebutkan namanya kepada Indozone.
Salah satu karyawan lain menyebut, terkadang mereka tidak ambil atau makan makanan yang disediakan melainkan beli di luar. Olehnya itu mereka lebih memilih dan berharap konsumsinya bisa dalam bentuk uang makan saja, agar mereka bisa membeli dan memilih sendiri apa yang ingin dimakan.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Liputan Dan Wawancara Langsung