Kamp pengungsi Cox's Bazar di Bangladesh
INDOZONE.ID - Kedatangan pengungsi Rohingya secara bergelombang ke Aceh telah menjadi isu nasional yang mengkhawatirkan.
Sebab, pemerintah Indonesia mulai menunjukkan kewalahan untuk menampung ribuan pengungsi Rohingya tersebut.
Para pengungsi Rohingya yang datang ke Tanah Air kebanyakan berasal dari kamp pengungsi Cox’s Bazar yang berada di Bangladesh, tepatnya di perbatasan antara negara itu dengan daerah Rakhine, Myanmar.
Ini diketahui setelah terungkap bahwa para pengungsi memiliki kartu identitas dari UNHCR (United Nations High Commisioner For Refugees) yang diterbitkan di Bangladesh.
Kamp pengungsian Cox’s Bazar itu juga dikelola sepenuhnya oleh organisasi PBB yang mengurus pengungsi di seluruh dunia tersebut.
Berikut sederet fakta tentang kamp pengungsian Cox’s Bazar yang berada di Bangladesh.
Baca Juga: Viral Aksi Para Sopir Parkir Truk di Parung Panjang Akibatkan Kemacetan, Begini Kata Polisi
Kamp pengungsi Cox's Bazar di Bangladesh
Kamp pengungsi Cox’s Bazar menjadi kamp pengungsian terbesar di dunia, dengan jumlah pengungsi yang hampir mencapai satu juta pengungsi.
Data UNCHR pada Juli 2023 yang dilansir Al Jazeera, menyebut setidaknya ada sebanyak 931.960 pengungsi Rohingya yang berada di kamp pengungsian Cox’s Bazar.
Mereka tinggal di sebanyak 33 kamp yang terbuat dari bambu dan terpal, berdiri di atas lahan-lahan yang rentan terhadap tanah longsor.
Baca Juga: Dikunjungi Gibran, Abuya Muhtadi Pastikan Tetap Dukung Ganjar-Mahfud di Pilpres 2024
Tidak hanya terbesar, kamp pengungsi Cox’s Bazar menjadi kamp pengungsi terpadat di dunia dengan jumlah pengungsi 1,5 kali lebih padat dari penduduk ibu kota Bangladesh, Dhaka, sebagai kota terpadat di dunia.
Kamp pengungsi Cox's Bazar di Bangladesh
Semua pengungsi di kamp pengungsian Cox’s Bazar tinggal di gubuk-gubuk yang terbuat dari bambu dan terpal yang dibangun sendiri oleh pengungsi.
Sayangnya, gubuk bambu tersebut tidak banyak memberikan perlindungan terhadap hujan deras, banjir, dan tanah longsor.
Baca Juga: Polisi Selidiki Kasus Bully di Sekolah Sukabumi yang Bikin Korban Alami Patah Tangan
Menurut Dewan Pengungsi Norwegia (NRC), satu tempat penampungan yang terbuat dari bambu dan terpal menghabiskan biaya sekitar $1.200.
Hanya saja, tempat penampungan ini sering kali harus dibangun berulang karena kerusakan yang disebabkan oleh hujan lebat di musim hujan.
PBB telah merekomendasikan bahwa kamp pengungsian harus menyediakan tempat tinggal dengan ukuran minimal 45m2 per orang.
Namun menurut UNCHR, dari 33 kamp di Cox’s Bazar, hanya enam kamp yang memenuhi standar PBB, sementara 24 kamp lainnya hanya berukuran 29 m2.
Gubuk paling padat ada di Kamp 3 dengan ukuran hanya 12 m2.
Baca Juga: Terungkap! Ini Motif Marco Karundeng Jadi Provokator Ricuh di Bitung
Sebanyak 22 dari 33 kamp memiliki sumber air yang sudah sesuai standar dari PBB, yaitu satu pasokan air untuk 80 pengungsi.
Namun ada dua kamp, yakni Kamp 22 dan Kamp Nayapara, yang memiliki pasokan air jauh dari standar yang ditentukan PBB.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Al Jazeera