Presiden Jokowi. (Instagram/@jokowi)
Presiden Jokowi mengeluhkan adanya ketimpangan vaksin Covid-19 antar negara-negara di dunia. Hal itu diutarakannya saat berpidato di Majelis Umum PBB ke-75 pada 2020 melalui tayangan video.
Menurut Jokowi, adanya ketimpangan vaksin justru akan memperlambat upaya dunia menghentikan pandemi Covid-19.
Diketahui, sejauh ini sudah ada enam miliar dosis vaksin Covid-19 yang disebar ke seluruh dunia. Namun sayangnya, 80 persen dari jumlah tersebut mayoritas didistribusikan ke negara maju dengan tingkat ekonomi menengah ke atas.
Baca juga: Jokowi Sebut Vaksinasi dan Taat Prokes Jadi Kunci Pengendalian Covid-19
Padahal pemerataan distribusi vaksin menjadi kunci melawan pandemi Covid-19 yang saat ini tengah berlangsung.
"Kita harus berikan harapan bahwa pandemi Covid-19 bisa tertangani dengan cepat, adil, dan merata," kata Jokowi, Selasa (22/9).
"Kemampuan dan kecepatan negara dalam menangani Covid-19, termasuk vaksinasi, sangat timpang. Politisasi dan diskriminasi terhadap vaksin masih terjadi," lanjut dia.
Tidak hanya soal vaksin, alat kesehatan untuk menangani Covid-19 juga belum didistribusikan secara merata. Umumnya, hanya negara-negara maju saja yang dapat menikmati alat kesehatan yang cukup.
Jokowi berpendapat bahwa perlu adanya mekanisme baru dalam pengadaan vaksin, obat-obatan, dan alat kesehatan lainnya. Hal itu agar pendistribusian dilakukan secara cepat dan merata ke seluruh dunia.
Tidak hanya itu, Jokowi juga menuturkan perlu adanya standar protokol kesehatan, khususnya untuk pelaku perjalanan lintas batas negara agar perekenomian dunia kembali pulih setelah terdampak pandemi Covid-19.
"Misalnya perihal krteria vaksinasi, hasil tes Covid-19, maupun status kesehatan lainnya... Pemulihan perekonomian global hanya bisa berlangsung jika pandemi terkendali dan antar-negara bisa bekerja sama, saling membantu untuk pemulihan ekonomi," kata dia.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: