Ada sembilan hal yang bakal mempengaruhi pergerakan pasar modal Indonesia di pekan ke-4 bulan Agustus 2020. Sembilan hal ini disebut bakal membuat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) konsolidasi melemah dalam sepekan ke depan.
Hal itu disampaikan oleh Analis Pasar Modal yang juga merupakan Direktur Investa Saran Mandiri, Hans Kwee kepada Indozone, Senin (24/8/2020).
Faktor yang pertama, kata Hans Kwee, yakni dari eksternal. Beberapa data Amerika Serikat menunjukan perbaikan, mulai dari data aktivitas bisnis bulan Agustus yang naik ke level tertinggi sejak tahun 2019. Order baru dari perusahaan sektor manufaktur dan jasa juga meningkat. Harga rumah naik ke poisisi tertinggi seiring penjualan rumah mengalami kenaikan.
"Ini menunjukan masih terjadi peningkatan data ekonomi di tengah peningkatan pandemi Covid-19 dan merupakan sentimen positif bagi pasar," ujar Hans Kwee.
Hal kedua yang berpengaruh yakni karena pelaku pasar khawatir terhadap perundingan antara partai Demokrat dan Republik di senat Amerika Serikat (AS) terkait RUU stimulus fiskal untuk mengatasi krisis corona baru.
Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin mengkritik pemimpin partai Demokrat karena tidak mau membahas paket bantuan yang lebih kecil. Laporan Politico mengatakan, Ketua DPR Nancy Pelosi bersedia untuk memotong beberapa tuntutan untuk mendapatkan kesepakatan.
"Kesepakatan stimulus baru merupakan salah satu yang dinantikan pasar sejak akhir bulan Juli dan bila dicapai kesepakatan akan menjadi sentimen positif bagi pasar," jelasnya.
Selanjutnya hal ketiga yang mempengaruhi IHSG yaitu munculnya data dari Departemen Tenaga Kerja AS yang menunjukan klaim awal pengangguran mingguan AS meningkat menjadi 1,106 juta dan lebih tinggi dari harapan ekonom yang disurvei Dow Jones diangka 923 ribu.
Tetapi jumlah klaim berkelanjutan atau orang yang menerima tunjangan pengangguran lebih dari dua pekan berturut - turut terus menunjukan penurunan.
"Data tenaga kerja yang variatif bisa menjadi indikasi masih lemahnya pasar tenaga kerja," tuturnya.
Keempat, lanjut Hans Kwee yaitu munculnya fakta bahwa perusahaan teknologi menjadi sektor dengan kinerja terbaik di pasar saham tahun 2020. Kinerja ini di dapat karena sektor ini mampu bertahan bahkan diuntungkan akibat pandemi covid 19.
"Tetapi sentimen positif akibat keunikan sektor ini mulai memudar setelah kenaikan yang banyak di pasar. Hal ini berpeluang membawa saham teknologi mulai terkoreksi atau sideways di pasar," jelasnya.
Sementara itu zona Eropa menunjukan terhentinya pemulihan ekonomi kawasan. Purchasing Managers Index (PMI) sektor jasa menunjukan perlambatan pemulihan. Aktivitas masih membaik, tetapi pemulihan yang melambat akibat terjadinya pandemi virus corona yang berakibat pembatasan aktivitas bisnis.
"Hal ini menjadi sentimen negative bagi pasar keuangan karena menunjukan dampak Covid-19 belum berakhir. Itu jadi sentimen kelima," ungkapnya.
Selanjutnya sentimen keenam adalah memanasnya geopolitik setelah Menteri Luar Negeri AS, Mike Pompeo memperingatkan Tiongkok dan Rusia untuk tidak melanggar sanksi PBB terhadap Iran.
"Hal ini berpotensi meningkatkan harga emas dan minyak dunia akibat meningkatnya risiko global dan menjadi sentimen negatif bagi pasar keuangan," ungkapnya.
Sementara itu, konflik Tiongkok dan Amerika Serikat terkait saham teknologi juga menjadi sentimen negative pasar. Mulai dari Penjualan operasi aplikasi TikTok di Amerika hingga pembatasan terhadap Huawai untuk mendapatkan chip yang diproduksi dengan perangkat lunak dan teknologi Amerika Serikat.
"Tentu hal ini merupakan sentimen negative bagi pasar keuangan karena dikhawatirkan mengganggu hubungan pertemuan untuk mengevaluasi pakta perdagangan fase pertama, ini jadi sentimen ketujuh," tuturnya.
Kemudian terkait pertemuan evaluasi antara Washington dan Beijing yang membahas kesepakatan perdagangan fase satu terlihat tidak pasti. Kedua Negara telah menunda pertemuan tengah bulan Agustus. Hal ini diperumit dengan langkah pemerintahan Presiden AS Donald Trump yang menolak untuk mengakui pernyataan Kementerian Perdagangan Tiongkok, bahwa kedua Negara akan kembali ke meja perundingan menjadi sentimen negative bagi pasar keuangan.
"Ada keraguan apakah Tiongkok dapat memenuhi komitmennya pakta perdagangan fase pertama yang di tandatangani awal Januari karena perbedaan metode pencatatan kedua negara. Hal ini jadi sentimen ke delapan," tuturnya.
Terakhir, adanya nada pesimis dari Federal Reserve, Bank Sentral AS terhadap pemulihan ekonomi AS juga menjadi perhatian pelaku pasar. Krisis kesehatan akibat Covid-19 akan sangat membebani aktivitas ekonomi, lapangan kerja, dan inflasi dalam jangka pendek, serta menimbulkan risiko yang cukup besar terhadap prospek ekonomi dalam jangka menengah.
Hal ini mengindikasikan masih perlu waktu panjang untuk memulihkan ekonomi Negara tersebut. Belum lagi kepastian kapan pandemi Covid-19 berhasil diatasi.
"Minggu pendek di pasar saham Indonesia membuat banyak faktor luar negeri belum terdiskon di pasar. Banyaknya faktor negative dan ketidak pastian di pasar membuat kami perkirakan IHSG sepekan berpeluang konsolidasi melemah. Support IHSG di level 5218 sampai 5119 dan resistance di level 5327 sampai 5400," pungkasnya.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: